Mohon tunggu...
Malvin Lionard
Malvin Lionard Mohon Tunggu... Lainnya - CC'25

Now or never

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebuah Tanggapan: Sebuah Teks yang Humoris, Teks Anekdot

17 Mei 2023   18:07 Diperbarui: 17 Mei 2023   18:14 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Topik yang dibahas dalam artikel tersebut adalah kerinduan penulis terhadap sosok dari sebuah pemimpin yang memiliki selera humor. Pada awalnya, penulis mendeskripsikan bagaimana Gus Dur bercerita mengenai intelijen yang berada di antara mereka melalui cerita yang lucu. 

Dalam menyampaikan pidatonya, Gus Dur seringkali menyisipkan teks-teks anekdot yang tidak hanya bertujuan sebagai jenaka, tapi juga untuk memberikan kritik. 

Hal ini membuat orang-orang menganggap Gus Dur hanyalah bercanda, padahal aslinya sedang mengkritik suatu pihak. Di sisi lain, ketika ada seseorang yang mencoba untuk mengkritik pemerintah melalui anekdot, orang tersebut justru ditangkap oleh polisi. 

Sebelum membahas cara Gus Dur mengomentari berbagai pihak melalui teks anekdot, kita harus bisa mengetahui terlebih dahulu tentang teks anekdot itu sendiri. Teks anekdot adalah teks yang bertujuan untuk menghibur pembacanya, namun di waktu yang sama juga bertujuan untuk mengkritik pihak lain. 

Teks anekdot bisa merupakan teks narasi, maupun percakapan atau pembicaraan yang terjadi antara dua atau lebih pihak. Jenis teks ini sama seperti yang diceritakan oleh Gus Dur, yaitu teks yang di satu sisi menghibur, namun juga ada unsur kritik yang ingin disampaikan jika kita bisa mengulas dan memahami lebih dalam dari teks tersebut.

Untuk lebih memahami teks anekdot, mari kita lihat salah satu contoh teks anekdot. Contoh teks anekdot yang saya ambil adalah teks anekdot dari Gus Dur sendiri, berjudul Intelijen:

Pada masa Orde Baru, hampir setiap acara yang didatangi Gus Dur selalu diawasi intel. Kala itu, Gus Dur tengah menghadiri pertemuan forum para kiai. "Nanti kita diskusinya dalam bahasa Arab, karena di sini ada intel," kata Gus Dur dalam sambutannya menggunakan bahasa Arab. 

Setelah itu, acara diskusi pun benar-benar dilanjutkan menggunakan bahasa Arab. Si intel kemudian pulang dan melapor kepada komandannya. "Tadi membicarakan apa?" tanya komandan kepada si intel. 

"Tidak ada diskusi komandan, para kiai itu hanya saling mendoakan," jawab si intel. 

Berdasarkan teks anekdot Gus Dur di atas, dapat ditemukan sebuah hal yang menarik yaitu cara Gus Dur menyampaikan bahwa banyak orang yang tidak mengerti bahasa Arab yang kemudian menyalahartikan bahasa tersebut dengan doa yang diucapkan dalam bahasa Islam. Selain itu, hal menarik lainnya dari teks anekdot tersebut adalah siasat Gus Dur untuk menipu atau membingungkan intel yang ada di dalam rapat dengan menggunakan bahasa Arab untuk berbicara.

Teks anekdot pada dasarnya memiliki beberapa tujuan, yaitu membangkitkan tawa, membuat para pembacanya terhibur, memberikan kritik secara tidak langsung, dan juga melukiskan sikap dari sebuah karakter. Pada contoh teks anekdot di atas, terlihat bahwa terdapat unsur lucu yaitu pada bagian di mana si intel tidak dapat membedakan antara percakapan menggunakan bahasa arab dengan berdoa. 

Selain itu, berdasarkan teks anekdot tersebut, kita dapat membayangkan atau mengetahui bagaimana karakter seorang Gus Dur yang humoris dan penuh dengan siasat untuk mengelabui lawannya. 

Terakhir, tentunya kita juga bisa melihat bagian kritik yang ingin disampaikan oleh Gus Dur kepada orang yang menyalahartikan komunikasi tersebut sebagai doa. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa fungsi atau tujuan dominan dari teks anekdot adalah untuk membuat pembacanya tertawa/terhibur karena bersifat lucu namun juga digunakan untuk menyinggung atau memberikan kritik kepada suatu pihak.

Tidak hanya digunakan oleh Gus Dur, teks anekdot seringkali disampaikan oleh masyarakat maupun petinggi pemerintahan. Contoh nyatanya adalah Bima, seorang tiktoker yang berasal dari Lampung. 

Beberapa waktu lalu, Bima memberikan kritik mengenai alasan mengapa Lampung tidak berkembang. Tidak hanya Bima, masyarakat juga seringkali memberikan lelucon-lelucon sarkas yang bertujuan untuk mengkritik pemerintah. Bahkan, petinggi pemerintah sendiri yaitu Presiden Jokowi pernah menyinggung kualitas jalanan yang ada di Lampung. Ia berkata bahwa jalanannya sangat nyaman untuk dilewati, sampai-sampai ia tertidur pulas di mobil. Padahal, itu merupakan sindiran karena banyak sekali jalanan yang rusak di sana.

Sebagai kesimpulan, teks anekdot merupakan salah satu cara yang berguna bagi orang-orang untuk menyampaikan kritik mereka terhadap seseorang atau suatu peristiwa. Adanya teks anekdot membuat sindiran tersebut tidak terkesan sebagai sindiran karena digabung dengan adanya lelucon. Sehingga, sindiran bisa tersampaikan dengan lebih baik. 

Dapat dilihat bahwa beberapa presiden Indonesia pernah menyampaikan teks anekdot ini untuk menyindir berbagai pihak, contohnya Gus Dur dan Jokowi. Penyampaian kritik mereka yang menggunakan teks anekdot membuat sindiran tersebut lebih bisa dipahami oleh masyarakat karena memakai contoh dari kehidupan sehari-hari. 

Kita memerlukan pemimpin seperti mereka, pemimpin yang bisa menggunakan perumpamaan untuk mengkritik dengan baik, agar masyarakat bisa mengetahui apa masalah/kritik yang ingin disampaikan dengan lebih mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun