Selain itu, berdasarkan teks anekdot tersebut, kita dapat membayangkan atau mengetahui bagaimana karakter seorang Gus Dur yang humoris dan penuh dengan siasat untuk mengelabui lawannya.Â
Terakhir, tentunya kita juga bisa melihat bagian kritik yang ingin disampaikan oleh Gus Dur kepada orang yang menyalahartikan komunikasi tersebut sebagai doa. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa fungsi atau tujuan dominan dari teks anekdot adalah untuk membuat pembacanya tertawa/terhibur karena bersifat lucu namun juga digunakan untuk menyinggung atau memberikan kritik kepada suatu pihak.
Tidak hanya digunakan oleh Gus Dur, teks anekdot seringkali disampaikan oleh masyarakat maupun petinggi pemerintahan. Contoh nyatanya adalah Bima, seorang tiktoker yang berasal dari Lampung.Â
Beberapa waktu lalu, Bima memberikan kritik mengenai alasan mengapa Lampung tidak berkembang. Tidak hanya Bima, masyarakat juga seringkali memberikan lelucon-lelucon sarkas yang bertujuan untuk mengkritik pemerintah. Bahkan, petinggi pemerintah sendiri yaitu Presiden Jokowi pernah menyinggung kualitas jalanan yang ada di Lampung. Ia berkata bahwa jalanannya sangat nyaman untuk dilewati, sampai-sampai ia tertidur pulas di mobil. Padahal, itu merupakan sindiran karena banyak sekali jalanan yang rusak di sana.
Sebagai kesimpulan, teks anekdot merupakan salah satu cara yang berguna bagi orang-orang untuk menyampaikan kritik mereka terhadap seseorang atau suatu peristiwa. Adanya teks anekdot membuat sindiran tersebut tidak terkesan sebagai sindiran karena digabung dengan adanya lelucon. Sehingga, sindiran bisa tersampaikan dengan lebih baik.Â
Dapat dilihat bahwa beberapa presiden Indonesia pernah menyampaikan teks anekdot ini untuk menyindir berbagai pihak, contohnya Gus Dur dan Jokowi. Penyampaian kritik mereka yang menggunakan teks anekdot membuat sindiran tersebut lebih bisa dipahami oleh masyarakat karena memakai contoh dari kehidupan sehari-hari.Â
Kita memerlukan pemimpin seperti mereka, pemimpin yang bisa menggunakan perumpamaan untuk mengkritik dengan baik, agar masyarakat bisa mengetahui apa masalah/kritik yang ingin disampaikan dengan lebih mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H