Mohon tunggu...
M ALVINADAM
M ALVINADAM Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Uin Khas Jember

Sejarah Peradaban Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isu Penendangan Sesajen di Kaki Gununung Semeru

4 April 2023   16:00 Diperbarui: 4 April 2023   16:04 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam upacara-upacara adat istiadat atau tradisi jawa misalnya kita biasanya tidak lepas dari yang namanya sesajen. Dan sesajen adalah sebuah  makanan dan benda lainnya seperti bunga, dupa, kopi, rokok, kelapa muda, dan lain-lain, yang dipersembahkan dalam upacara keagamaan yang dilakukan secara simbolis dengan tujuan berkomunikasi dengan kekuatan gaib. Kekuatan yang dimaksud bisa merupakan kekuatan yang tertinggi yang telah memberi kehidupan dan menjadi pusat harapan atas berbagai keinginan posistif masyarakat, dan dipercayai bisa menjauhkan dari hal-hal negatif.

Dan ada juga pengertian dari sesajen adalah suatu hidangan atau sajian yang memiliki nilai sakral di sebagian masyarakat pada umumnya. Dan acara sesajen biasanya untuk tujuan ngalap berkah atau mencari berkah di tempat-tempat tertentu yang dianggap sakral atau keramat bagi masyarakat sekitar. Maksud dari sesajen yaitu tidak lain adalah aktualisasi dari pikiran, keinginan, dan perasaan seseorang untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha esa. 

Dan sesajen biasanya digunakan untuk upacara-upacara peringatan atau hajatan yang memuat sajian  dari perangkat khusus misalnya seperti, tumpeng, buah-buahan, lauk pauk, jajanan pasar, sayur-sayuran, dan menu sajen yang lain tergantung bentuk upacaranya.

Dan sesajen merupakan bagian dari tradisi dan adat istiadat dari suku tertentu yang sudah dilakukan sejak bertahun-tahun, seperti contoh masyarakat jawa dan masyarakat bali. Dan sehingga sudah menjadi dari bagian kehidupan bagi masyarakat tersebut. 

Dan pada saat ini banyak orang yang mempermasalah tentang budaya sesajen, yang selalu berfikir bahwa sesajen adalah tanda dari kemusyrikan atau yang menyekutukan Tuhan. Dan kita kalau bisa jangan langsung menuduh  bahwa budaya sesajen selalu identik dengan kemusyrikan. Kita kembali ke zaman penyebaran islam di jawa khususnya, yaitu zaman wali songo. Pemaknaan sesajen juga perlu dilihat dari aspek komunikasi dan sejarah.

Perilaku penendangan sesajen di kaki gunung semeru yang pernah viral itu sangat tidak mencerminkan kegiatan dakwah yang pernah dilakukan wali songo.  Dari sudut pandang komunikasi dakwah, hal tersebut sangat kurang tepat dan jauh dari sikap bijaksana. Dan dari sinilah kita kemudian memahami mengapa dakwah wali songo lebih mengedepankan sikap toleransi atas keberagaman keyakinan masyarakat jawa pada saat itu. Wali songo saat itu tidak menyalahkan dan membumihanguskan keyakinan yang telah kokoh tumbuh ditengah masyarakat jawa pada waktu itu.

Para wali songo pun tidak melakukan tendangan sesajen yang sempat viral di media sosial pada saat ini. Dan jika dulu wali songo juga membuang sesajen yang sudah menjadi kebiasaan atau budaya pada saat itu, maka tentu yang muncul adalah penolakan terhadap agama islam.

Dan jika kalau seperti itu pasti ada resistensi dari masyarakat tidak hanya pada keberadaan para pendakwah  tersebut melainkan agama islam. Pada sisi inilah peran dakwah perlu dilakukan. Jangan sekedar petentang-petengteng dalam melakukan dakwah islam dengan mudah menyalahkan orang lain. Seperti membid'ahkan pemahaman yang berbeda dan bahkan ada juga yang mengkafirkan setiap yang bersebrangan. Karena sikap bijak dalam berdakwah tentu harus lebih di utamakan dari pada semata-mata menyampaikan pesan dakwah itu sendiri.

Salah satu ulama' indonesia pernah menanggapi persoalan tentang penendangan di kaki gunung semeru, yaitu Quraish Shihab. Beliau mengatakan aksi menendang sesajen ini sangat tidak islami, karena islam itu menghormati. Namun perlu digaris bawahi bahwa penghormatan kepada sesuatu bukan berarti persetujuan. Dan ada lagi tanggapan dari Quraish Shihab bahwa, apa yang dianggap baik bagi masyarakat tertentu, kita jangan mengganggunya, bahwa tidak ada anjuran di dalam Al-Qur'an untuk mengganggu ritual adat orang lain dengan memaki apalagi dalam hal ini sampai menendangnya. 

Allah SWT menjadikan manusia mencintai sesuatu, menganggap baik sesuatu, janganlah menjadi pertengtangan manusia mengenai baik buruknya. Karena pada akhirnya Tuhan-lah yang akan memberi keputusan, yang berhak menentukan benar atau salahnya di hari akhir nanti. Dan manusia hanya hatus menghormati apa yang berbeda dengan yang dia yakini, karena menghormati bukan berarti setuju.

Dan banyak juga yang menanggapi tentang persoalan menendang sesajen di kaki gunung semeru, salah satunya seperti Cak Nun dan Gus Miftah. Cak nun mengatakan bahwa sesajen itu merupakan wujud atau sikap menghormati ciptaan Allah SWT. Dan cak nun berpesan kepada kita semua , agar tidak mudah menilai sesuatu dan memiliki pandangan positif terhadap berbagai fenomena.  Dan gus miftah juga menanggapi aksi seorang pria yang menendang sesajen di kaki gunung semeru. 

Bahwa orang yang memasang sesajen tak selalu beragama islam, dan dikaitkan dengan perbuatan musyrik.  Mungkin yang membuat sesaji itu bisa orang non islam, atau orang jawa yang memegang  teguh adat istiadatnya. Dan orang-orang yang seperti ini justru yang merusak citra islam itu sendiri dengan merasa yang paling suci. 

Dalam menyikapi hal ini kita semua harus saling menghormati sesama, dan besikap bijak untuk menanggapi persoalan apapun. Jadilah islam yang islam nusantara. Menghormati bukan berarti menyetujui. Dan kokohkan toleransi antar agama atau yang berbeda keyakinan. Karena adanya saling toleransi dan saling menghormati disitulah ada keindahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun