Mohon tunggu...
Malta Nur Doa
Malta Nur Doa Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan di Bidang Pemasaran dan Periklanan. Pengalaman di Agency Multinational selama 6 tahun.

Dengan pengalaman hampir 6 tahun di dunia Media Agency, PR Agency dan Riset. Saya punya passion untuk mengembangkan mendukung gerakan social clean energy, sepeda dan education. Saat ini saya bekerja di IPG Mediabrands Indonesia. Silahkan cek profileku di link berikut : https://www.linkedin.com/profile/view?id=84697214

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Propaganda Isu Papua dan Perang Hoaks Media Asing

30 Agustus 2019   22:35 Diperbarui: 30 Agustus 2019   22:49 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kantor Berita ternama sekelas Reuters (UK) dan Al Jazeera (Qatar) turut serta menyebarkan berita bohong tentang kematian warga Papua yang tewas dalam aksi massa. Padahal korban jiwa dan luka-luka justru dari aparat TNI dan Polri. Dan uniknya Al Jazeera mengutip berdasarkan sumber saksi mata.

Bagaimana mungkin media berita berkelas seperti Reuters dan Al Jazeera tidak hanya turut memainkan isu Papua tapi juga menggunakan permainan hoax tingkat tinggi?

dokpri
dokpri
Rusia adalah salah satu Negara yang sampai saat ini, selalu diserang media barat sebut saja CNN, BBC, dan Fox News yang selalu menyudutkan segala kebijakan Rusia. Tentu permainan tingkat tinggi dalam Propaganda media ini tidak mudah dilawan dan diselesaikan dalam waktu yang singkat.

Ini sering saya temui saat melihat pemberitaan tentang kasus Suriah. Dimana Russia membantu Pemerintah Resmi Suriah hingga awalnya 90% wilayah Suriah dikuasai ISIS dan sekarang berkat bantuan militer Rusia tinggal 1 kota Idlib Utara yang masih dikuasai ISIS (atau sudah 97% sudah dikuasai kembali Pemerintah Suriah).

Namun, dari pemberitaan dari berbagai media asing termasuk lokal Indonesia. Aksi militer Rusia itu dianggap membunuh warga sipil dan agresi militer, padahal yang dibunuh adalah teroris-teroris ISIS.

Dalam kasus Papua, ada Negara-negara besar turut bermain dimana Negara-negara ini menjadi sarang peresembunyian Para Alumni AMP dan Petinggi OPM. Dan mereka pun sudah siap dengan draf membawa isu kemanusiaan ke Sidang Umum PBB.

Indonesia perlu tidak hanya belajar dari bagaimana Rusia memerangi hoax dari media Internasional tetapi juga mendapatkan dukungan politik. Karena jika ada intervensi di PBB dan sampai ke Dewan Keamanan. Hanya ada 5 Negara yang memiliki kewenangan tersebut (US, UK, Perancis, Cina dan Rusia).

Apa yang terpenting adalah menjaga situasi kondusif media-media di dalam Negeri. Dan saya berharap para petinggi media Nasional memahami pentingnya peran mereka dalam penguatan melawan propaganda hoax media Asing.

Tim Media Asing ini ingin menguatkan dunia Internasional bahwa telah terjadi kejahatan kemanusian di Papua, dan pada akhirnya mereka meminta Isu Papua diangkat lagi oleh Sidang Umum PBB.

Kita tidak dapat membendung kekuatan media Asing dengan jalan blokir akses internet seperti waktu lalu, karena sasaran pembaca mereka adalah masyarakat Internasional di luar Indonesia, bukan kita orang-orang Indonesia.

Itulah mengapa di dalam Negeri sendiri tim Presiden terpaksa memainkan tema-tema berita skala Nasional untuk menutupi isu Papua tidak naik ke Permukaan. Sebut saja isu Kepindahan Ibukota yang jadwal awalnya sebenarnya adalah setelah beliau dilantik kembali dan juga pelantikan anggota-anggota DPR baru agar sekalian cepat dibahas dan disahkan dalam RUU.

Namun, justru dipercepat untuk menutupi isu Papua tetap silent dari perhatian media.

Pada akhirnya Presiden mengorbankan diri lagi-lagi dihujat dan dicaci karena dianggap lemah dan tidak tegas. Padahal lawan kita Asing di luar sedang menanti Indonesia bersikap represif hingga menimbulkan korban jiwa seperti aksi berdarah Mei lalu, sehingga menjadi bahan kuat dunia Internasional menggiring isu Papua dalam Sidang Umum PBB di pertengahan September nanti bahwa.

Terjadi Kejahatan Kemanusiaan yang dilakukan Pemerintah, pada akhirnya tujuan utama mereka 1 Papua Merdeka memisahkan diri dari NKRI dengan jalan PBB menjalankan opsi Jajak pendapat seperti yang terjadi di Timor Timur.

Mari kita berdoa untuk Kedamaian dan Keutuhan NKRI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun