Tulisan ini mendeskrpsikan tentang varian B.1.1.529 Omicron dari segi tinjauan literatur (nama sebutan, asal mula muncul, Â dan perkembangan) dan praktik penelusuran informasi. Penelusuran informasi terkait dengan kata omicron dilakukan melalui 2 web portal, yaitu Google search dan WHO COVID-19 Research Database. Kedua portal tersebut bisa saling mengisi dalam upaya mengeloladan menyebarluasan informasi yang berkaitan dengan topik "Omicron". Â Â
Varian Omicron pertama kali dilaporkan kepada WHO dari Afrika Selatan pada tanggal 24 November 2021. Pada tanggal 26 November 2021, WHO menetapkan varian B.1.1.529 sebagai variant of concern (VOC), berdasarkan anjuran dari Technical Advisory Group on Virus Evolution (Grup Penasihat Teknis tentang Evolusi Virus). Varian ini diberi nama Omicron.Â
Mengutip dari sumber WHO, Omicron adalah sebuah varian yang sangat divergen dengan jumlah mutasi yang tinggi  termasuk 26-32 varian pada bagian spike, yang beberapa di antaranya mengkhawatirkan dan dapat terkait dengan potensi menghindari imunitas (immune escape) dan transmisibilitas yang lebih tinggi.Â
Namun, masih terdapat banyak ketidakpastian. Varian Omicron juga terdeteksi di Botswana dari sampel-sampel yang diambil pada tanggal 11 November 2021. Per 28 November 2021, Kini Omicron telah terdeteksi di lebih dari 110 negara dan diperkirakan akan terus meluas.
Berdasarkan technical brief  WHO per tanggal 23 Desember 2021 disebutkan  tingkat penularan varian Omicron lebih cepat dibandingkan varian delta. Selain potensi  penularan yang lebih cepat, varian Omicron dikhawatirkan dapat menyebabkan  penurunan kemampuan kekebalan dan efektivitas vaksin serta bukti awal peningkatan  risiko reinfeksi jika dibandingkan dengan varian lainnya.
Indonesia telah melaporkan sebanyak 47 kasus varian Omicron sejak pertama kali dikonfirmasi pada 16 Desember 2021 yang sebagian besar merupakan pelaku perjalanan dari luar negeri.Â
Perkembangan kasus Covid-19 varian Omicron (B.1.1.529) di Indonesia telah mencapai 4.119 kasus per Selasa, 08 Februari 2022. Varian Omicron di Indonesia ini memiliki selisih 339 kasus dibandingkan hari sebelumnya. Secara mingguan, kasus di Indonesia ini tumbuh 121,81 persen. (Databoks, Agus : 2022).
Penelusuran informasi Omicron  melalui Google
 Penelusuran Google (Google Search) adalah mesin pencari web yang dimiliki Google Inc. Google Search berisi data tentang halaman web, gambar, buku, video, fakta dan informasi lainnya, Pada saat ini Google Search adalah mesin pencari yang paling banyak digunakan di internet. Google menelusuri ratusan miliar laman web dan konten lain yang disimpan dalam indeks penelusuran Misi Google Search iadalah untuk mengelola informasi dunia dan dapat diakses serta berguna secara universal.
Berdasarkan hasil penelusuran di mesin pencari google pada tanggal 7 Pebruari 2022 dengan kata kunci "Omicron covid" didapatkan sebanyak 248.000.000  hasil sumber rujukan  terdiri dari : 1. Sumber berita terdapat sekitar 161.000.000 hasil, 2. Sumber video terdapat sekitar 86.300.000 hasil, 3. Sumber gambar sekitar 700.000 hasil.Â
Data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan informasi tentang Omicron sangatlah berlimpah dan mudah diakses dengan cepat, selain sumber berita, video, dan gambar, google juga menyediakan akses informasi berupa infografis. Hasil penelusuran dengan menggunakan istilah "omicron infografis" didapatkan sebanyak 60 infografis yang memuat informasi mengenai omicron.Â
Berikut 10 judul infografis yang memuat informasi tentang Omicron : (1) Arahan Jokowi usai kasus omicron melaonjak di RI. Sumber : Covesia.com. (2) Omicron jadi ancaman baru, Jokowi : tetap jaga optimism. (3) Asal usul omicron. Sumber okezone. (4)  Negara yang deteksi Covid-19 varian omicron pertama. Sumber iNews.id. (5)  Kenali 7 hal penting tentang varian omicron. Sumber detik.com. (6) Gejala Covid-19 varian Omicron. Sumber CNN  (7)    Kenali 7 gejala varian omicron. Sumber Arcadia  (8)  Gejala omicron muncul setelah 48 jam. Sumber Republika.co.id. (9) Liburan di tengah munculnya Omicron. Sumber Republika.co.id. (10) 7 fakta Omicron. iNews.id
Penelusuran informasi melalui WHO COVID-19 Research Database
WHO mengumpulkan temuan dan pengetahuan ilmiah multibahasa internasional terbaru tentang COVID-19. Literatur global yang dikutip dalam database WHO COVID-19 diperbarui setiap hari (Senin sampai Jumat) dari pencarian database bibliografi, pencarian melalui tangan, dan penambahan artikel ilmiah rujukan ahli lainnya. Basis data ini mewakili sumber multibahasa yang komprehensif dari literatur terkini tentang topik COVID-19t. Meskipun mungkin tidak lengkap, penelitian baru ditambahkan secara teratur.
Data yang tersedia dalam COVID-19 Global literature on coronavirus disease sebanyak 481.872, terdiri dari jenis dokumen : Artikel (424.968), Preprint (34.137), Cinical Trial Register (129.993). Non-conventional (9.745). Audio (10). Sedangkan  hasil penelusuran dengan kata "omicron" didapatkan hasil sebanyak 778 dokumen yang terdiri dari preprint (428) dan Artikel (350). Dokumen tersebut terdiri dari 15 jenis studi, yaitu prognostic study (39), risk factors (19), diagnostic study (18), observational study (11), etiology study (8), screening study (5), case report (3), evidence synthesis (3), prevalence study (3), ethical aspects (2), health economic evalution (2),  qualitative research (2), controlled clinical trial (1), equity and inequality (1), patient-preference (1).
Hasil penelusuran data tersebut menunjukkan bahwa portal COVID-19 Global literature on coronavirus disease dapat dimanfaatkan oleh berbagai kalangan terutama bagi peneliti di bidang kesehatan, para medis, dan pengambil kebijakan dalam hal pemerintah ini dari suatu negara. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H