mana mungkin, Ly
tembok batako berpasir putih kita warnaiÂ
dengan merah gincu yang menyerahÂ
pada pucat wajahmuÂ
kau paksakan diri urus ini urus ituÂ
cari kerja dengan lamaran ijazah MAÂ
untuk biaya kuliah menggapai mimpiÂ
 yang tinggi di balik punggung sewanggiÂ
sakit lambung dan limbungÂ
hanya berhak setia tinggal di matamuÂ
hingga yang tanggal dari kenanganÂ
hanyalah peluh. luruh satu-satuÂ
lalu tumbuh jadi puisi yang tersusunÂ
bersama nada-nada batukmuÂ
pelukan pertama sekaligus terakhirÂ
kecupan dua detik yang abadiÂ
-----tak perlu lagi merisaukan hatiÂ
karena bibir mulai mahir mengecoh rinduÂ
kita sepakat menjaga nama baik cintaÂ
-----tak seharusnya kikis warna perpisahanÂ
oleh air matamu, LyÂ
Mekko, Desember 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI