hanyalah peluh. luruh satu-satuÂ
lalu tumbuh jadi puisi yang tersusunÂ
bersama nada-nada batukmuÂ
pelukan pertama sekaligus terakhirÂ
kecupan dua detik yang abadiÂ
-----tak perlu lagi merisaukan hatiÂ
karena bibir mulai mahir mengecoh rinduÂ
kita sepakat menjaga nama baik cintaÂ
-----tak seharusnya kikis warna perpisahanÂ
oleh air matamu, LyÂ
Mekko, Desember 2020
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!