Mohon tunggu...
Muhammad Malindo
Muhammad Malindo Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Kata

Suka kopi, kata, musik, rindu, dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Sabtu 2

21 Juni 2024   18:11 Diperbarui: 21 Juni 2024   18:13 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Khusyuk sekali ia mendengar dengung

hujan di helmnya, dalam perjalanan

dari warung kopi. Saking khusyuknya,

hampir ditabraknya penjual jamu.

Seorang janda muda di gang suram.

Bahkan ketika sampai di rumah

ia langsung masuk ke kamar mandi.

Menyimak air kran yang berderai

di kepalanya lama sekali. Sehingga

mau dan tidak mau demamnya

meningkat dan bingungnya kambuh

kembai. Tak tahu, sedang berada

di malam Sabtu atau di malam Minggu?

Mau pakai baju pesta atau baju duka?

Handphone dinyalakan dan ia tonton

gadis tik-tok bergoyang pargoy di beranda.

Sementara sunyi kamar kian mengunci.

Apalah arti hiburan bagi jiwa seorang

perantau? Hati yang ditinggal perawatnya

mudik lebaran tak kunjung kembali.

Kepala belum menemu ingatan.

Perut kosong. Kasur kusut. Bantal jatuh.

Ranjang miring. Kursi patah. Meja runtuh.

Cermin pecah. Lemari bergetar. Dari laci

ia cabut kolor antik sudah bertiram.

Tak tahu apa yang harus dilakukan,

maka ia pun berjalan lunglai ke arah

jendela. Menyaksikan penjual jamu masih berpayung hitam di gang suram.

Janda muda yang sedang menyanyi geli

dalam gerimis. "Bukan jamu sembarang jamu

Jamu saya selingkuh efeknya".

Mekko 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun