Mohon tunggu...
Muhammad Malindo
Muhammad Malindo Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Kata

Suka kopi, kata, musik, rindu, dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Membaca Puisi Anak Pencuri karya Joko Pinurbo

14 April 2023   14:17 Diperbarui: 29 April 2023   12:34 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bait pertama di awal-awal baris sebetulnya Joko Pinurbo sedang menceritakan tentang kesibukan kerja seseorang yang hidupnya penuh dengan kesusahan. Saking susahnya hidup seseorang itu, ia sampai tak bisa merayakan hari ulang tahunnya seperti kebanyakan orang.

Hal ini diperjelas oleh Joko Pinurbo pada makna di balik baris-baris bait kedua.
Ia suguhkan secangkir kopi. Harum kopinya
mengandung bau keringat bapaknya.
"Apakah ini kopi curian bapakmu?"
"Justru kopi yang sudah mencuri jam tidur ayah."

Jadi, makna kata kopi dalam puisi ini tidak lagi sama seperti kata kopi yang ada dalam kamus. Kopi dalam puisi ini memiliki makna hidup. Kopi yang disuguhkan adalah hidup yang sebetulnya sedang diceritakan oleh seorang anak kepada Joko Pinurbo.  Harum kopinya/mengandung bau keringat bapaknya. "Harum kopi" dalam puisi ini berarti kondisi hidup keluarga anak itu yang ditopang oleh hasil keringat ayahnya sebagai petani kopi.

Lebih jelas lagi dalam baris ketiga dan keempat bait kedua puisi tersebut.
"Apakah ini kopi curian bapakmu?"
Joko Pinurbo sebetulnya bertanya mengenai kondisi hidup keluarga anak itu, apakah kehidupan keluarga anak itu ditopang oleh hasil curian bapaknya?

Lalu seorang anak itu pun menjawab,
"Justru kopi yang sudah mencuri jam tidur ayah." Baris ini berisi  ungkapan seorang anak tentang kesusahan hidup yang membuat ayahnya jarang tidur karena harus banting tulang. Hal tersebut pun diperkuat oleh Joko Pinurbo pada bait ketiga di baris pertama yang berbunyi,
 Lama saya tunggu bapaknya tak kunjung datang.

Lalu dengan sengaja Joko Pinurbo bertanya lagi dalam baris kedua bait ketiga,
"Jam berapa bapakmu pulang mencuri?"
Jadwal ayah mencuri tidak pasti.
Dua baris puisi berisi pertanyaan dan jawaban yang mengungkapkan jadwal kepulangan kerja seorang ayah yang tidak pasti.

Hal itulah yang membuat Joko Pinurbo merasa iba pada keluarga anak itu. Kepada pembaca, Joko Pinurbo berkata dalam bait ketiga puisinya,  Jangan-jangan ia sedang mencuri kesedihan kita/dan menyerahkannya kepada kata-kata.

Baiklah, saya pamit. Salam buat bapakmu.
Semoga ia tidak hilang dicuri hujan
Bait ini mengungkapkan harapan Joko Pinurbo atas keselamatan ayah anak itu.

Sedangkan pada bait terakhir, Joko Pinurbo secara metaforis menceritakan kesedihan seorang anak.
"Dalam perjalanan menuju pulang saya dengar
suara anak itu dalam derai hujan.
Derai hujan menjadi kiasan suara tangis atau kesedihan seorang anak yang baru saja usai berdialog dengan Joko Pinurbo.

Demikianlah makna puisi Anak Pencuri karya Joko Pinurbo. Makna yang ditangkap dari antologi puisi "Latihan Tidur" lalu diikat dalam tulisan ini. Semoga tak menyakiti makna (apresiasi) lain puisi tersebut.  Tabik!

Mekko 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun