Mohon tunggu...
Malinda Sembiring
Malinda Sembiring Mohon Tunggu... Dosen - Nothing is impossible because anything is possible if you believe

PhD Student in Sustainability Accounting at The University of Auckland| Lecturer| Ig/twitter @mssembiring_

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyoal "International Conference Heritage of Toba"

12 November 2021   23:53 Diperbarui: 13 November 2021   13:12 3453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar pribadi
Tangkapan layar pribadi
Ahli Geologi Badan Geologi Bandung Indyo Pratomo, dalam pemaparannya menyoroti soal potensi Geowisata di Kaldera Toba.Danau Toba adalah “danau vulkanik terbesar” di dunia, dibentuk oleh “letusan supervolcano terbesar” pada 0,74 ka, yang melampaui batuan dasar Paleozoikum pulau Sumatera (terbentuk di lingkungan Kutub Selatan).

Tanah Samosir mulai muncul di permukaan air Danau Toba (+ 900 m) sejak 33.000 tahun yang lalu dan terangkat setidaknya 700 m dari posisi semula, dan miring ke barat.

Samosir adalah “The Youngest Resurgent Doming” di Bumi. Rumah Adat Batak merupakan salah satu konstruksi warisan budaya leluhur yang sangat responsif dalam mengantisipasi bahaya geologi (kearifan lokal).

Optimalisasi sektor pariwisata Danau Toba melalui pengembangan wisata berwawasan lingkungan menjadi topik yang disampaikan oleh Ahli Ekowisata IPB Prof Harini Muntasib. Ia mengkaji sektor pariwisata danau toba ke dalam lima objek, yaitu geologi, danau, biologi, sosial, dan budaya.

Objek geologi dan danau meliputi situs batuan dan endapan Kaldera Toba yang terdiri atas Panorama Tele, Endapan Piroklastik, Aek Rangat Pusuk Buhit, Mata Air Panas Sampean Pintu Batu Simbolon, Endapan Danau Huta Tinggi, Endapan Lahar Huta Tinggi, serta Endapan Danau dan Diatom Lintasan Salaon Toba.

Sementara itu, objek biologi meliputi flora seperti andaliman, daun sirih, jeruk purut, pohon beringin, kopi ateng jaluk, dan pohon pinus.

Fauna yang dapat dijumpai adalah jenis endemik di Danau Toba yaitu ikan Batak atau ihan. Objek sosial dan budaya seperti Tempat Berdoa kepada Si Boru Naitang, Rumah Adat Batak Toba, Pagar Batu Huta Siallagan di Ambarita, dan Batu Parsidangan di Ambarita.

Tangkapan layar saat mengikuti IC Heritage of Toba | Dokumen pribadi
Tangkapan layar saat mengikuti IC Heritage of Toba | Dokumen pribadi
Sesi I ini juga diisi oleh Aktivis Lingkungan Annette Horschmann yang berbicara soal The New Toba Sustainable Development in Every Sector.Annette menekankan pentingnya peran pemerintah, pelaku wisata, dan masyarakat dalam mewujudkan ekowisata yang menonjolkan alam sebagai atraksi, green hotels, dan keterlibatan masyarakat lokal.

Ia juga mengharapkan, kedepannya wisata danau toba mengedepankan keberlanjutan dan pengalaman yang berkualitas bagi wisatawan yang berkunjung.

“Kolaborasi Budaya, Masyarakat, dan Pariwisata Toba” menjadi tema utama pada sesi kedua yang berlangsung pukul 13.00-15.00 WIB.
Hadir pada sesi tersebut adalah Fashion Designer Athan Siahaan, Ahli Budaya Batak Universitas Hawaii USA Prof Uli Kozok, Praktisi Kuliner Indonesia Santhi Serad, dan Musisi Viky Sianipar.

Fashion Designer Athan Siahaan hadir membahas kain ulos Batak Toba sebagai kekayaan budaya yang berpotensi mendorong pariwisata Danau Toba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun