"Sesuai pengalaman saya kalau hanya satu orang dua orang itu no problem lah karena apa salahnya kita memberikan sebagian rezeki kita untuk mereka tapi kalo misalkan caranya datang silih berganti dengan orang yang berbeda-beda, kita merasa terganggu juga dengan adanya mereka, kalo misalkan kita ngasih yang laen juga datang bawa temennya kaya punya komunitas gitu mereka." Ucapnya
Namun demikian, kesejahteraan para badut jalanan juga memunculkan pertanyaan tentang perlindungan sosial dan hak-hak pekerja. Dalam beberapa kasus, mereka menghadapi tantangan seperti regulasi yang ketat, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan, dan ketidak pastian ekonomi. Sementara beberapa kota telah mencoba untuk mengakomodasi keberadaan badut jalanan dengan memberikan izin dan lokasi khusus, masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Perlindungan terhadap hak-hak pekerja, akses terhadap layanan kesehatan, serta pengakuan akan kontribusi mereka dalam memperkaya kehidupan perkotaan menjadi hal-hal yang perlu diperhatikan.
Dalam menghadapi perubahan ini, penting bagi pemerintah kota dan komunitas setempat untuk mencari solusi yang adil bagi semua pihak. Perlindungan terhadap kebebasan berekspresi dan hiburan jalanan perlu sejalan dengan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Dialog terbuka antara badut jalanan, pejalan kaki, dan pihak berwenang dapat menjadi langkah awal untuk mencari titik temu yang memadai.
Transformasi peran badut jalanan dari hiburan hingga mata pencaharian memang telah menimbulkan keresahan di kalangan pejalan kaki. Namun, dengan dialog dan keterlibatan semua pihak, diharapkan solusi yang dapat menciptakan ruang publik yang aman, nyaman, dan tetap menyenangkan bagi semua.
Maulana Malik Nurmansyah  11220511000132
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H