Mohon tunggu...
MALIK NUR HALILINTAR
MALIK NUR HALILINTAR Mohon Tunggu... Administrasi - Aparatur Sipil Negara (ASN)

Pelayan Masyarakat. Semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu, sepintar-pintar siasat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pribadi Tercerahkan Penjaga Nalar Publik

16 November 2018   00:56 Diperbarui: 16 November 2018   01:05 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pribadi Tercerahkan Penjaga Nalar Publik

Oleh: Malik Nur Halilintar

Informasi merupakan hal yang sangat penting dalam suatu kehidupan sosial dan masyarakat. Seiring dengan berkembangnya zaman; hingga abad ke 21 dan terjadinya revolusi Industri 4.0, peranannya menjadi sangat penting dalam melahirkan suatu opini publik tentang suatu fenomena. 

Sebuah informasi yang terhegemoni  akan menjadi pendapat publik yang dominan dan menjadi dasar dari terjadinya suatu perubahan sosial atau pergolakan sosial sebagai suatu respon bersama atas suatu fenomena. Sehingga kebenaran informasi menjadi hal yang paling krusial dan penting. Suatu masyarakat akan menuju ke orientasi yang salah jika merespon suatu informasi yang direkayasa dan jauh dari fakta yang seseungguhnya.

Hingga Populerlah istilah hoaks (berita bohong) yang merupakan informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Silverman (2015) mengungkapkan hoaks sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun dijual sebagai kebenaran. 

Sudah menjadi barang tentu, hoaks dijadikan alat untuk merekayasa pendapat publik untuk tujuan politis maupun bisnis serta keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Publik Indonesia semakin tercengang dengan terungkapnya perusahaan bisnis jahat yang masif, terstruktur, dan sistematis untuk tujuan memproduksi dan mendistribusikan berita bohong untuk tujuan politis maupun ekonomis; terungkapnya kasus Saracen di akhir tahun 2017.  

Praktis jasa tersebut berupaya mengeksploitasi reaktifnya masyarakat Indonesia dan berupaya mengelabui nalar masyarakat. Tentu melihat fenomena tersebut kehidupan masyarakat Indonesia khususnya menghadapi suatu persoalan bersama.

Masyarakat merupakan himpunan  individu-individu maupun kelompok yang beragam. Sehingga inti dari masyarakat adalah individu-individu yang terhimpun didalamnya. Ketika masyarakat menghadapi persoalan bersama, tentu peranan individu-individu tersebut mutlak dan sangat diperlukan. 

Kemampuan individu untuk menyelesaikan persoalan sudah tentu dipengaruhi oleh kesadaran; baik kesadaran merasa, berpikir, maupun bertindak. Sehingga untuk menanggulangi dampak bahaya dari hoaks diperlukan sekumpulan 'Pribadi tercerahkan' yang mampu memverifikasi kebenaran informasi disaat terjadi tsunami informasi, mengolah, dan mendiseminasikannya kepada masyarakat untuk melahirkan 'nalar publik yang factual dan didasarkan atas prinsip kebenaran'.  

Pribadi tercerahkan penjaga nalar publik merupakan sebuah penggambaran paripurna tentang kualitas pribadi yang dibutuhkan dalam upaya perang melawan hoaks; berita bohong yang sengaja disebarkan. Pribadi tercerahkan merupakan abstraksi yang dipinjam dari konsep enlightment man Ali Syariati; yang menggambarkan karakteristik manusia yang menyadari suatu persoalan yang dihadapi dirinya dan masyarakatnya, mampu menalar persoalan dan strategi mengatasinya, serta disempurnakan dengan upaya aksi menyelesaikan persoalan bersama tersebut dengan ikut serta membangun masyarakat agar dapat bergerak bersama. 

Sehingga yang dimaksudkan dalam pendapat saya ini adalah untuk menanggulangi hoaks diperlukan pribadi yang sadar, peduli untuk menalar setiap informasi, dan memiliki kemampuan untuk kembali mengkomunikasikan upaya kontra-hoaks kepada masyarakat sebagai bagian dari upaya edukasi yang menyadarkan. Pribadi yang tercerahkan penjaga nalar publik memiliki kualitas-kualitas seperti berintegritas, mampu berfilsafat, dan komunikatif.

Integritas menjadi fondasi penting yang mampu menjaga upaya individu tetap berada di jalur kebenaran. Karena tanpa integritas kebenaran hasil dari sebuah upaya penalaran maupun penelitian dapat tergadaikan oleh unsur-unsur material demi kepentingan-kepentingan golongan yang sangat sempit dan nir manfaat untuk kebaikan masyarakat. Pribadi yang berintegritas akan mampu untuk menjadi pribadi objektif, adil, dan independen.

Kualitas yang menjadi sangat penting di tengah era kemajuan adalah hadirnya pribadi dan generasi yang mampu berfilsafat. Dewasa ini memang semakin banyak dilahirkan generasi-generasi yang memiliki intelektualitas yang tinggi, namun menjadi sangat disayangkan intelektualitas yang tinggi sebagai hasil dari cetakan lembaga akademis yang berjenjang yang tidak mengajarkan filsafat. 

Sehingga tidak mengherankan apabila terciptanya generasi masyarakat sekarang ini yang sangat cepat puas dengan kebenaran  yang berhasil ditemukan dan diyakininya dan sekaligus sangat mudah untuk menganggap salah kebenaran milik orang lainnya. Singkatnya terciptanya suatu generasi yang minim toleransi dan berprinsip orang lain adalah neraka (seperti dalam drama huis clos Sartre). 

Generasi yang tidak memiliki mentalitas kelimpahan dalam memandang hakikat kebenaran dan kehidupan akibat tidak mampu memahami filsafat yang mengakibatkan terciptanya masyarakat yang tidak memiliki esensi dan mudah tersulut sensasi sesaat.  Kualitas pribadi yang mampu berfilsafat setidaknya akan menghasilkan suatu sikap yang kritis, toleran, dan selalu mampu untuk menampilkan usaha memperbaiki kehidupan personal maupun masyarakatnya.

Kualitas ketiga dari pribadi tercerahkan yang mampu menjaga nalar masyarakat adalah komunikatif. Pribadi yang memiliki integritas dan kemampuan berfilsafat yang akan menghasilkan suatu pemikiran yang jernih, dan kritis, serta mampu memverifikasikan informasi yang benar harus disertai dengan kemampuan untuk mengkomunikasikan hasil upaya agar dapat terdiseminasi dan dipahami oleh masyarakat luas agar tercipta upaya edukasi yang berkelanjutan demi terciptanya kesadaran masyarakat benar, factual, dan proporsional. Kualitas komunikatif ditandai dengan adanya kemampuan untuk dapat terhubung dengan masyarakat luas, mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasannya, serta mampu berhimpun bersama-sama pribadi yang tercerahkan lainnya untuk membidani terciptanya creative minority yang mampu mereformasi kesadaran masyarakat dalam menangkal dan menanggulangi hoaks.

Berita bohong yang sengaja dikemas agar terlihat menjadi sesuatu yang nyata demi keuntungan politis maupun ekonomis suatu kelompok jelas menjadi bahaya bagi kehidupan kita bersama. Terlebih lagi hoaks yang dapat menjadi salah satu factor kuat terdisintegrasi bangsa Indonesia bila sudah disinggungkan dengan unsur SARA. Pemerintah berusaha untuk menangkalnya, namun tanpa upaya aktif dari masing-masing pribadi masyarakat Indonesia akan menjadi upaya yang tidak optimal.

Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum tersebut berusaha mengubahnya sendiri. Mari menangkal hoaks dengan menata diri untuk menjadi 'pribadi yang tercerahkan penjaga nalar publik'. Mari berkontribusi untuk masyarakat kita; masyarakat bangsa Indonesia agar tercerahkan dari usaha jahat berupa hoaks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun