Integritas menjadi fondasi penting yang mampu menjaga upaya individu tetap berada di jalur kebenaran. Karena tanpa integritas kebenaran hasil dari sebuah upaya penalaran maupun penelitian dapat tergadaikan oleh unsur-unsur material demi kepentingan-kepentingan golongan yang sangat sempit dan nir manfaat untuk kebaikan masyarakat. Pribadi yang berintegritas akan mampu untuk menjadi pribadi objektif, adil, dan independen.
Kualitas yang menjadi sangat penting di tengah era kemajuan adalah hadirnya pribadi dan generasi yang mampu berfilsafat. Dewasa ini memang semakin banyak dilahirkan generasi-generasi yang memiliki intelektualitas yang tinggi, namun menjadi sangat disayangkan intelektualitas yang tinggi sebagai hasil dari cetakan lembaga akademis yang berjenjang yang tidak mengajarkan filsafat.Â
Sehingga tidak mengherankan apabila terciptanya generasi masyarakat sekarang ini yang sangat cepat puas dengan kebenaran  yang berhasil ditemukan dan diyakininya dan sekaligus sangat mudah untuk menganggap salah kebenaran milik orang lainnya. Singkatnya terciptanya suatu generasi yang minim toleransi dan berprinsip orang lain adalah neraka (seperti dalam drama huis clos Sartre).Â
Generasi yang tidak memiliki mentalitas kelimpahan dalam memandang hakikat kebenaran dan kehidupan akibat tidak mampu memahami filsafat yang mengakibatkan terciptanya masyarakat yang tidak memiliki esensi dan mudah tersulut sensasi sesaat. Â Kualitas pribadi yang mampu berfilsafat setidaknya akan menghasilkan suatu sikap yang kritis, toleran, dan selalu mampu untuk menampilkan usaha memperbaiki kehidupan personal maupun masyarakatnya.
Kualitas ketiga dari pribadi tercerahkan yang mampu menjaga nalar masyarakat adalah komunikatif. Pribadi yang memiliki integritas dan kemampuan berfilsafat yang akan menghasilkan suatu pemikiran yang jernih, dan kritis, serta mampu memverifikasikan informasi yang benar harus disertai dengan kemampuan untuk mengkomunikasikan hasil upaya agar dapat terdiseminasi dan dipahami oleh masyarakat luas agar tercipta upaya edukasi yang berkelanjutan demi terciptanya kesadaran masyarakat benar, factual, dan proporsional. Kualitas komunikatif ditandai dengan adanya kemampuan untuk dapat terhubung dengan masyarakat luas, mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasannya, serta mampu berhimpun bersama-sama pribadi yang tercerahkan lainnya untuk membidani terciptanya creative minority yang mampu mereformasi kesadaran masyarakat dalam menangkal dan menanggulangi hoaks.
Berita bohong yang sengaja dikemas agar terlihat menjadi sesuatu yang nyata demi keuntungan politis maupun ekonomis suatu kelompok jelas menjadi bahaya bagi kehidupan kita bersama. Terlebih lagi hoaks yang dapat menjadi salah satu factor kuat terdisintegrasi bangsa Indonesia bila sudah disinggungkan dengan unsur SARA. Pemerintah berusaha untuk menangkalnya, namun tanpa upaya aktif dari masing-masing pribadi masyarakat Indonesia akan menjadi upaya yang tidak optimal.
Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum tersebut berusaha mengubahnya sendiri. Mari menangkal hoaks dengan menata diri untuk menjadi 'pribadi yang tercerahkan penjaga nalar publik'. Mari berkontribusi untuk masyarakat kita; masyarakat bangsa Indonesia agar tercerahkan dari usaha jahat berupa hoaks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H