"Toko apa itu George?" Tanyaku pada Patrick. "Nogara Cesatuayi Repotbli Yeee" jawabnya melawak. Maklum, dia stand up comedian. Aku tertawa sekenanya. Tak lucu bagiku.
Aku tak tahu apa maksudnya.
Patrick bergumam "Tahu siapa pemilik toko itu? Mereka adalah 7% orang dari 200juta lebih manusia, yang tergabung dalam sebuah klub eksklusif. Ini adalah klub besar, sedang kau dan aku tak termasuk di dalamnya"
Aku bertanya "kok bisa George?"
Patrick dengan mulut nerakanya misuh-misuh "They want us to be obidient workers.. Obidient workers!"
Aku tertawa mendengarnya. Dia pikir aku tertawa bersamanya, maka dia pun ikut tertawa.Â
Dasar tolol! Padahal, aku sedang menertawakan argumennya. Dalam pedalaman batin bergumam "Tentu saja kakek tua! Namanya juga toko! Masa iya pegawainya tak patuh? Ada-ada saja kau ini George.."
Dan kami pun terus tertawa, terbahak, terpingkal, tersedak, hingga mengeluarkan air mata..
Tapi, apakah ini senang atau sedih? Aku tak tahu.
Paginya, saat terbangun, kutemui pipiku masih basah. Aku baru ingat, mendiang telah berpulang sejak 22 Juni 2008.Â
Aku kembali tertawa. Toko Serba Sumber Daya? Serba diskon 99%? Wkwkwkwk! Ada-ada saja kau ini George..