Rasulullah SAW sendiri menegaskan dalam sabdanya, "Sesungguhnya, Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim). Hadis ini ngingetin kita bahwa yang terpenting bukan apa yang kita tunjukkan ke orang lain, tapi ketulusan hati dan amal nyata. Orang yang hebat sebenarnya nggak perlu sibuk pencitraan, karena ia hebat dari ketulusan dan integritasnya.
Menjaga Keseimbangan: Manfaatkan Media Sosial Secara Bijak
Bukan berarti media sosial itu buruk, tapi kita perlu menjaga keseimbangan. Gunakan media sosial untuk kebaikan: berbagi ilmu, memperluas jaringan, atau menyebarkan kebaikan. Seperti yang dikatakan oleh Imam Ibn Qayyim Al-Jawziyah, terlalu tenggelam dalam dunia bisa menghilangkan kesadaran ruhani. "Sesungguhnya hati yang tertawan oleh dunia tidak akan dapat menerima cahaya Ilahi," katanya.
Kesimpulan:
Pada akhirnya, kita perlu ingat bahwa media sosial adalah alat, bukan realitas. Jangan sampai kita terlalu fokus membangun citra yang hanya membuat kita merasa baik di layar, tetapi tidak berarti apa-apa di dunia nyata. Lebih baik kita fokus pada pengembangan diri yang sebenarnya, dan gunakan media sosial secara bijak---sebagai sarana, bukan tujuan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI