Mohon tunggu...
MALIKI SIROJUDIN AGANI
MALIKI SIROJUDIN AGANI Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

membaca adalah favorit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Soal Lingkungan Hidup: Anak KKN Jangan Sok-Sokan Masyarakat Desa Lebih Pintar

1 November 2023   20:37 Diperbarui: 1 November 2023   20:51 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Anak KKN Jangan sok tau mereka lebih tahu bahkan lebih dari itu mereka sudah mempraktekkan apa-apa yang dianggap baik untuk alam".

Purna sudah KKN ku, begitu juga dengan sudah purna pemahaman terhadap betapa sok taunya diriku. Ternyata apa yang ku baca di buku-buku, tulisan-tulisan jurnal ilmiah tidak lantas membuat ku lebih pintar dan lebih paham dari masyarakat desa.

Buat kalian yang akan KKN, pesan ku, persiapkan diri dengan baik, jangan pernah berniat datang untuk menjadi superhero. Merendah dirilah, maka dapat dipastikan kamu akan mendapatkan lebih dari sekedar nilai KKN.

JANGAN DATANG DENGAN TERLALU PERCAYA DIRI

Sebagai mahasiswa semester akhir yang sudah mulai menginjak tahap pra-purna, kepercayaan diri akan kapasitas diri sangatlah tinggi. Merasa pintar dan berkeinginan buru-buru untuk menceramahi orang-orang dengan pengetahuan yang sudah didapat ke orang lain.

Dalam hal ini, rasa-rasanya pengetahuan ku soal hukum lingkungan sudah cukup mumpuni, bagaimana tidak? Objek kajian untuk skripsi ku menyangkut itu. Bahan-bahan buku terkait materi sudah banyak yang ku lahap.

Salah satu materi yang menjadi fokus ku adalah perihal hubungan yuridis antara undang-undang lingkungan hidup dengan etika lingkungan. Terlihat keren dan jelimet bukan?

Bukan saja menjadi bahan skripsi, bahasan tentang lingkungan menjadi ayat-ayat yang senantiasa keluar dari mulut kotor ku. Di tongkrongan aku menjelma seorang abang-abangan yang bilang "lo punya uang lo punya kuasa"

Terlihat seperti aktivis memang tapi kenyataannya "tai"

Sebenarnya Secara kapasitas intelektual untuk berbicara dengan masyarakat desa sudah mencukupi lah, walaupun nggak oke-oke amat.

Tetapi pesan ku jangan terlalu percaya diri, percayalah!

Masyarakat desa lebih eco friendly

Salah satu hal yang alpa ku kalkulasi dari masyarakat desa adalah, mereka melakukan segala aktivitas dengan dasar nilai-nilai tradisional yang kuat.

Aku mengira dengan minimnya literasi membuat masyarakat desa tidak mengerti bahkan tidak aware terhadap lingkungan.

Ketika aku berbicara soal tata kelola sampah semisal tidak boleh melakukan pembakaran, malah mereka (masyarakat desa) berpikir lebih jauh. Mereka menerapkan konsep minimalisme, artinya mereka masyarakat desa datang dengan dasar pikiran yang jelas yakni persoalan mendasar dari problem lingkungan adalah pola konsumsi masyarakat yang tidak sehat. Termasuk kerancuan paradigmatik dari konsep ekonomi, "bahwa peningkatan ekonomi diukur dari peningkatan konsumsi dan perputaran uang" Dengan demikian semakin tinggi meningkat ekonomi negara maka semakin rusak lingkungan.

Kemudian yang tak kalah membuat ku melongo adalah penggunaan daun sebagai bungkus nasi, umumnya yang ku ketahui yang dipakai membungkus nasi adalah daun pisang. Kemudian Nanti untuk luarnya biasanya dibungkus pakai kertas minyak atau bisa sebaliknya kertas minyaknya di dalam untuk pembatas lauk dengan nasi dan nanti di bungkus di luarnya pakai daun, yang kayak gini bisa kita temui di angkringan. Nah yang ku temui di tempat KKN semua bungkus nasinya menggunakan daun. Kurang eco-friendly apa coba?

Tidak berhenti sampai disana ketakjuban dan keterkejutan ku. Satu hal lagi yang luar biasa adalah hampir semua rumah di desa punya minimal satu pohon di depan rumahnya entah itu pohon kelapa, mangga, jambu dll. Apakah masyarakat desa sudah memikirkan cost untuk membayar polusi yang mereka hasilkan haruskah dibayar dengan menanam pohon. Bukankah ini berilian? masyarakat memikirkan tanggung jawab lingkungan mereka berdasarkan dampak yang mereka hasilkan.

NEGARA HARUS MAIN KE DESA

Masyarakat desa berhasil menghimpun solusi terhadap keberlangsungan lingkungan hidup yang berkelanjutan bahkan lebih solutif dari buku-buku yang ku baca. Oleh karena itu sudah sepatutnya pemerintah dalam hal ini sebagai pemegang otoritas harus belajar ke masyarakat. Setidaknya ada 3 hal yang harus dipelajari pemerintah dari masyarakat desa mengenai lingkungan hidup :

Pertama, hal yang paling mendasar adalah pemerintah perlu mengubah paradigma dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. Menjaga lingkungan hidup bukan hanya soal tuker tambah pohon dengan cuan. Selama pertimbangan pelestarian lingkungan masih diintervensi oleh tawar menawar keuntungan antara pebisnis dan pemerintah maka selamanya, mengujudkan kelestarian lingkungan yang sustainable menjadi suatu yang mustahil.

kedua adalah pendidikan etika lingkungan. Hampir semua persoalan lingkungan hidup terlahir dari pikiran bahwa lingkungan dengan manusia adalah entitas yang terpisah. Sehingga interaksi yang tercipta, manusia adalah subjek kemudian lingkungan hidup sebagai objek ini yang disebut sebagai antroposentris. menjadikan alam sebagai objek semata membuat manusia merasa berhak untuk melakukan apa saja terhadap alam.

ketiga adalah pemerintah harus bisa melihat akar persoalan dari problem lingkungan, apakah benar yang menjadi problem lingkungan adalah buang sampah sembarangan, bukan regulasi soal produksi dan penggunaan sampah yang kurang jelas? atau apakah benar yang menjadi persoalan lingkungan itu adalah banyaknya orang yang menggunakan kendaraan pribadi, bukan tidak tersedianya kendaraan umum?

POKOKNYA YANG PENTING BELAJAR

Setidaknya dari banyak hal yang kutemui di desa membuatku merasa tidak perlu lagi mengatakan apapun tentang lingkungan ke masyarakat desa. Mereka lebih pintar, lebih cakap, lebih etis dan bijak terhadap lingkungan.Memang sepertinya tempat KKN itu paling tepat untuk dijadikan tempat untuk menguji teori-teori dan keilmuan kampus lainya.

kemudian yang tak kalah penting adalah pemahaman bahwa realitas begitu luas bahkan mustahil bagi teks untuk benar-benar bisa mendeskripsikan realitas. Sehingga penting sekali untuk berintraksi dengan realitas itu, dengan demikian kita akan merasakan apa yang tidak kita rasakan pada teks.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun