Masyarakat desa lebih eco friendly
Salah satu hal yang alpa ku kalkulasi dari masyarakat desa adalah, mereka melakukan segala aktivitas dengan dasar nilai-nilai tradisional yang kuat.
Aku mengira dengan minimnya literasi membuat masyarakat desa tidak mengerti bahkan tidak aware terhadap lingkungan.
Ketika aku berbicara soal tata kelola sampah semisal tidak boleh melakukan pembakaran, malah mereka (masyarakat desa) berpikir lebih jauh. Mereka menerapkan konsep minimalisme, artinya mereka masyarakat desa datang dengan dasar pikiran yang jelas yakni persoalan mendasar dari problem lingkungan adalah pola konsumsi masyarakat yang tidak sehat. Termasuk kerancuan paradigmatik dari konsep ekonomi, "bahwa peningkatan ekonomi diukur dari peningkatan konsumsi dan perputaran uang" Dengan demikian semakin tinggi meningkat ekonomi negara maka semakin rusak lingkungan.
Kemudian yang tak kalah membuat ku melongo adalah penggunaan daun sebagai bungkus nasi, umumnya yang ku ketahui yang dipakai membungkus nasi adalah daun pisang. Kemudian Nanti untuk luarnya biasanya dibungkus pakai kertas minyak atau bisa sebaliknya kertas minyaknya di dalam untuk pembatas lauk dengan nasi dan nanti di bungkus di luarnya pakai daun, yang kayak gini bisa kita temui di angkringan. Nah yang ku temui di tempat KKN semua bungkus nasinya menggunakan daun. Kurang eco-friendly apa coba?
Tidak berhenti sampai disana ketakjuban dan keterkejutan ku. Satu hal lagi yang luar biasa adalah hampir semua rumah di desa punya minimal satu pohon di depan rumahnya entah itu pohon kelapa, mangga, jambu dll. Apakah masyarakat desa sudah memikirkan cost untuk membayar polusi yang mereka hasilkan haruskah dibayar dengan menanam pohon. Bukankah ini berilian? masyarakat memikirkan tanggung jawab lingkungan mereka berdasarkan dampak yang mereka hasilkan.
NEGARA HARUS MAIN KE DESA
Masyarakat desa berhasil menghimpun solusi terhadap keberlangsungan lingkungan hidup yang berkelanjutan bahkan lebih solutif dari buku-buku yang ku baca. Oleh karena itu sudah sepatutnya pemerintah dalam hal ini sebagai pemegang otoritas harus belajar ke masyarakat. Setidaknya ada 3 hal yang harus dipelajari pemerintah dari masyarakat desa mengenai lingkungan hidup :
Pertama, hal yang paling mendasar adalah pemerintah perlu mengubah paradigma dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. Menjaga lingkungan hidup bukan hanya soal tuker tambah pohon dengan cuan. Selama pertimbangan pelestarian lingkungan masih diintervensi oleh tawar menawar keuntungan antara pebisnis dan pemerintah maka selamanya, mengujudkan kelestarian lingkungan yang sustainable menjadi suatu yang mustahil.
kedua adalah pendidikan etika lingkungan. Hampir semua persoalan lingkungan hidup terlahir dari pikiran bahwa lingkungan dengan manusia adalah entitas yang terpisah. Sehingga interaksi yang tercipta, manusia adalah subjek kemudian lingkungan hidup sebagai objek ini yang disebut sebagai antroposentris. menjadikan alam sebagai objek semata membuat manusia merasa berhak untuk melakukan apa saja terhadap alam.
ketiga adalah pemerintah harus bisa melihat akar persoalan dari problem lingkungan, apakah benar yang menjadi problem lingkungan adalah buang sampah sembarangan, bukan regulasi soal produksi dan penggunaan sampah yang kurang jelas? atau apakah benar yang menjadi persoalan lingkungan itu adalah banyaknya orang yang menggunakan kendaraan pribadi, bukan tidak tersedianya kendaraan umum?