Sebagai contoh lain, pemenang sayembara penulisan novel DKJ 2014, novel Kambing Hujan, yang memiliki genre populer Islami, menunjukkan bahwa karya populer juga bisa diakui secara prestisius. Begitu pula dengan kasus Norman Erikson Pasaribu, yang menyulut reaksi dari sastrawan dan kritikus setelah menang dalam sayembara manuskrip puisi DKJ 2015 dengan puisi laporannya.
Dengan demikian, tidak ada lagi hierarki dalam sastra Indonesia. Semua jenis karya sastra memiliki segmen pembaca mereka masing-masing, seperti novel Islami, teenlit, chicklit, ladlit, atau mamlit. Pembaca sastra Indonesia sangat beragam dan heterogen. Oleh karena itu, perlu ditegaskan bahwa sastra populer bukanlah sastra yangÂ
merosot di pinggiran Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H