Teman saya menyajikan teh hangat pahit khas lokal untuk menghormati saya yang sudah jauh datang dari Bumiayu berkunjung bersama teman-teman sekolah. Waktu yang kami habiskan untuk perjalanan ke desa itu adalah kurang lebih selama satu jam tiga puluh menit.
Kami menaiki mobil truk yang biasa digunakan masyarakat desa untuk naik dan turun dari desa ke kota. Masyarakat desa Kaligua terbiasa menggunakan truk, untuk berpergian ke kota untuk sekadar berbelanja kebutuhan.
Menggunakan truk lebih efektif dari menggunakan mobil mewah. Hal itu karena mobil sedan pribadi cenderung tidak kuat dengan tanjakan curam yang berada di jalan menuju desa Kaligua.
Setelah disuguhi minuman hangat, saya dan teman-teman diajak untuk menikmati udara segar desa pandansari di Kebun Teh Kaligua.
Masyarakat desa disana, memiliki akses bebas keluar masuk tempat wisata. Itu hanya berlaku untuk penduduk lokalnya saja. Jika anda berkunjung ke tempat wisata itu, anda akan dimintai biaya masuk sebesar Dua puluh lima ribu rupiah sebagai pendapatan desa.
Agro wisata Kaligua adalah perkebunan teh peninggalan Belanda sejak tahun 1889 yang memiliki pemandangan alam yang begitu disertai hembusan udara sejuk nan segar berlatar belakang Gunung Slamet. Ada salah satu tokoh konsesi Belanda, De Jong yang di makamkan di lokasi kebun Kaligua.
Udara disana sangatlah sejuk dan tidak berpolusi. Warga-warganya berprofesi sebagai tukang sayur mayur di pasar. Kaligua juga terkenal dengan kebun kubis yang mereka tanam dengan saksama setiap hari. Sayur mayur mereka berbagai jenisnya, ada kubis, wortel hingga sawi. Warganya rajin memberikan pupuk setiap hari. Teh yang dihasilkan dari kebun teh juga di perjual belikan di kota dan sudah tersebar kehangatan tehnya.
Setelah disajikan teh hangat dan menikmati udara segar, kami mulai berjalan memasuki wilayah wisata Kaligua. Di dalamnya terhentang berhektar hektar kebun the bekas peninggalan kolonial Belanda.
Serta tempat yang terkenal disana adalah Gua Jepang yang dibangun semasa penjajahan  Jepang, dengan panjang 850 meter. Gua Jepang ini adalah bukti bahwa perkebunan ini pernah di ambil alih oleh Jepang ketika masuk ke Indonesia.
Di dalam Gua Jepang terdapat beberapa ruangan. Seperti ruang sidang, ruang tahanan, hingga ruang pembantaian.
Di dalam Gua Jepang ini sangatlah gelap, namun kamu masih bisa melihat patung ilustrasi yang sengaja dibuat untuk mendeskripsikan situasi pada masa itu.