Mohon tunggu...
Lyfe

Legenda Rakyat "Rawa Pening"

8 Februari 2016   11:38 Diperbarui: 8 Februari 2016   12:56 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

               Baru Klinthing segera ke gua tempat Ki Hajar bertapa dan singkat cerita benar di situlah tempat ayahnya bertapa, Baru Klinthing pun di akui anaknya karena Baru Klinthing membawa besi Klinthingan milik ayahnya. Namun, Syarat untuk diakui jika dia anaknya ada 1 lagi yaitu melingkari gunung Telomoyo. Langsung Baru Klinthing melaksanakannya dan akhirnya bisa. Naga ini di akui oleh Ki Hajar sebagai anak, dan untuk membuat wujud Baru Klinthing menjadi manusia, Baru Klinthing di haruskan bertapa di sebuah gua.

               Suatu hari saat Baru Klinthing bertapa, warga desa Pathok ingin mengadakan pesta sedekah bumi. Mereka berpencar mencari hewan untuk pesta, namun tidak 1 pun yang mendapatkan buruannya sehingga mereka mencari bersama-sama. Baru Klinthing sedang bertapa sehingga ia konsentrasi penuh. Warga desa Pathok melihat seekor naga yang terdiam sehingga mereka langsung menerkam Naga itu. Setelah mati naga itu dibawa untuk pesta sedekah bumi.

               Manusia dengan luka di sekujur tubuhnya dan ada darah di semua bagian tubuh itu berjalan menuju tempat di mana pesta itu diadakan. Manusia itu merupakan jelmaan dari Baru Klinthing yang di bunuh tadi saat bertapa. Singkat cerita manusia itu sampai di tempat warga desa Pathok berpesta. Namun kehadiran manusia ini tidak di kehendaki oleh warga sehingga diusir beberapa kali bahkan sampai di tendang. Saat itu datanglah seorang nenek-nenek yang baik hati dan membantu manusia ini dengan baik dan sabar. Jelmaan Baru Klinthing tidak menyangka akan adanya manusia yang sangat baik hati kepadanya. Sampai neneknya meninggalkan pesan bawalah lidi ini untuk datang ke pesta itu.

               Jelmaan Baru Klinthing mengikuti saran nenek itu sehingga ia datang ke pesta lagi dan masih sama, mereka mengusir Manusia Jelmaan Baru Klinthing ini dengan alasan bau amis, menjijikan, dan lainnya. Singkat cerita Baru Klinthing kesal dan akhirnya ia menancapkan sebuah lidi dan berkata “Siapapun yang mampu mencabut lidi ini ia berhak mengusir saya.” Ujar Jelmaan Baru Klinthing. Awalnya diremehkan karena hanya sebuah batang lidi yang terliha lemah. Namun tidak satupun orang yang berhasil mencabutnya. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh Jelmaan Baru Klinthing ini ia mencabut lidi ini dan keluarlah air yang deras. Singkat cerita air ini menenggelamkan desa itu dan sekarang disebut sebagai “Rawa Pening”

Nilai Moral =

Jangan menilai orang lain hanya dari luar/penampilan saja, bisa jadi orang yang dihina memiliki kemampuan lebih daripada orang yang menghina.

Nilai Budaya =

Mereka melakukan sedekah bumi dengan cara berpesta dengan daging hewan buruan masyarakat untuk memuja roh.

Nilai Religi =

Mereka masih menganut kepercayaan Animisme karena mereka menyembah roh yang dipercaya masyarakat membawa apa yang di inginkan oleh mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun