Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bimtek Anak Kesulitan Belajar dan PembaTIK 2024. Wujudkan Belajar yang Menyenangkan dengan Teknologi

31 Agustus 2024   12:09 Diperbarui: 3 Oktober 2024   07:48 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada hal yang baru penulis ikuti dan menarik untuk terus dijalani dan saat ini masih diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud ristek), beberapa seri Bimbingan Teknis, Pendidikan dan Latihan secara daring. 

Dua kegiatan yang penulis ikuti adalah Pengenalan Anak Kesulitan Belajar (AKB) dan PembaTIK 2024, yang teknik pembelajarannya full daring, dengan pembelajaran secara individual dan kolaboratif dan diskusi dengan sesama peserta maupun guru lain. 

Sebuah pengalaman yang begitu berharga ketika dihadapkan dengan dunia pendidikan yang acapkali bahkan seringkali menemui anak-anak istimewa dan anak-anak yang memiliki hambatan belajar secara spesifik. 

Bahkan dengan adanya pembelajaran berbasis TIK ini, para guru tentu mendapatkan beragam pengetahuan dan pengalaman yang sungguh berharga, betapa dunia pendidikan dan pengajaran itu semestinya terus melihat kebutuhan belajar murid dan mampu memaksimalkan potensi yang ada termasuk melimpahnya teknologi saat ini.

Kegiatan Pengimbasan secara daring Bimtek AKB 2024
Kegiatan Pengimbasan secara daring Bimtek AKB 2024

Bimtek Anak Kesulitan Belajar (AKB) dimaksudkan agar para guru mampu memahami anak-anak dengan kesulitan belajar, dan bagaimana mereka dapat mengelola pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik tersebut. 

Begitu pula dengan PembaTIK 2024 ini diarahkan agar para guru lebih memahami lagi bagaimana memanfaatkan TIK dalam pembelajarannya. 

Di satu sisi guru dapat mengoptimalkan dalam pemanfaatan teknologi modern, di sisi lain peserta didik dapat mengenal teknologi tersebut sebagai sumber belajar.

Sistem pengembangan keprofesian berkelanjutan yang diikuti guru-guru seluruh Indonesia ini ternyata memancing dan melibatkan ribuan pendaftar dan telah mengikuti kegiatannya. 

Guru memang sudah matang dalam pengetahuan dan pengalaman, tapi yang perlu dicatat adalah bahwa ada banyak pengetahuan berserakan di luar pemahaman kita, dan itu kita dapatkan dengan gratis karena mau mengikuti pendidikan dan latihan atau bimbingan teknis yang diadakan oleh pemerintah, khususnya Kemendikbudristek.

Di satu sisi, pemerintah sudah mengakui kemampuan guru-guru di negeri ini. Di sisi lain, ada juga guru yang belum memahami konten  tertentu, dan misalnya sudah mengetahui, tentu perlu diasah dan diberikan nutrisi lanjutan terkait pemahamananya agar lebih utuh. Bukan hanya sebatas pengetahuan saja, karena penerapan secara langsung pada peserta didik adalah faktor paling penting dalam kegiatan tersebut.

Konsep pembelajarannya pun berpusat pada kemampuan setiap individu untuk mempelajari secara mandiri materi yang tersedia, dengan ditambah dengan sinkronus dan asinkronus dengan mengikuti webinar.  Pembelajaran pedagogic dan andragogi semakin meningkatkan respon guru dalam mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya secara mandiri dan tersistematis.

Pada awal menerima undangan sempat berpikir, bahwa banyak diklat atau pelatihan yang telah diikuti dan semua mesti diterapkan dalam dunia kerja, khususnya dalam mendidik anak-anak di kelasnya masing-masing.

Namun, ketika memahami lebih jauh kontens yang akan dipelajari ternyata ada hal yang belum pernah penulis ikuti yaitu mengenal anak-anak kesulitan belajar secara spesifik. Bukan berarti selama ini penulis tidak memahami kebutuhan peserta didik dan keanekaragaman karakter di dalamnya, namun ketika mendapatkan bimtek dan pelatihan ini ada warna baru yang semakin menambah pengetahuan terkait sosok peserta didik kita di kelas.

Bagaimana kita dihadapkan pada pemahaman tentang seperti apa sih anak-anak berkesulitan belajar itu, apa penyebabnya, apa jenis-jenisnya dan bagaimana meminimalisir kesulitan belajarnya. Apa sih disleksia, disgrafia, diskalkulia maupun dispasia. Semua hal ini dibahas di dalam modul dan beberapa materi video, yang tentu saja sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan pemamanan terkait materi-materi tersebut.

Bahkan sebelumnya mungkin menganggap kita adalah sosok yang telah sukses membimbing peserta didik dengan keragaman kemampuan dan kebutuhan. Namun ada hal yang belum sepenuhnya kita pahami, di antara peserta didik tersebut memiliki hambatan pada materi tertentu. Dan kita belum menemukan cara bagaimana menangani anak-anak tersebut secara tepat. Bahkan dalam melakukan asesmen saja pernah diketemukan adanya katrol angka karena asesmen yang diberikan kita samaratakan. Padahal setelah kita tahu ada satu murid atau beberapa murid yang mengalami kesulitan belajar secara spesifik tersebut.

Nah, dengan mendapatkan suntikan pengetahuan mengenai anak-anak berkesulitan belajar, maka sedikit banyak guru-guru akan mengetahui betapa ada banyak murid yang sependek pengetahuan guru ternyata memiliki hambatan tersebut. Terlepas ada anak-anak yang sejak lahir memang mengalami hambatan karena faktor fisik yang dimiliki, seperti kondisi penglihatan dan pendengaran yang juga turut menghambat belajarnya, yang notabene banyak dididik di sekolah-sekolah khusus. Keberadaan anak-anak reguler dengan kesulitan belajar secara spesifik ini tidak dapat dianggap sebelah mata.

Seperti saat ini saja banyak anak-anak kelas 6 yang belum mampu membaca, atau banyak pula anak-anak SMP yang konsep penjumlahannya belum sepenuhnya dipahami. Itu semua adalah gambaran realita bahwa peserta didik kita ada yang memiliki kesulitan belajar namun tidak diketahui secara dini. Seandainya telah diketahui secara dini, ternyata kadang salah dalam mengidentifikasi dan bagaimana mengelola mereka dalam pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya.

Yang lebih parahnya lagi, ketika anak-anak yang memang sedari TK belum pernah belajar membaca, ketika masuk jenjang SD justru buku teks yang diberikan ternyata memaksa anak-anak "polos" ini untuk bisa membaca kalimat yang panjang. Sesuatu yang absurd terjadi di tengah-tengah kita.

Oleh karena itu pemahaman guru terkait anak-anak berkesulitan belajar tidak cukup selesai ketika mengikuti bangku kuliah atau pemahaman secara parsial, namun semestinya terus diperdalam dan dipahami secara komprehenshif melalui kegiatan bimbingan teknis yang diadakan oleh pemerintah.

Guru mesti terus mengembangkan diri, belajar, berinovasi dan mengembangkan pembelajarannya dengan cara yang relevan dengan kebutuhan murid dan keadaan zaman saat ini.

PembaTIK dan realita penggunaan teknologi dalam pembelajaran

Penulis dan mungkin banyak guru yang setelah mengikuti kegiatan Pembatik 2024 ini baru tersadar dari tidur panjang dan boleh jadi terlalu nyenyak dengan ketidakmampuan dalam mengenal teknologi dan bagaimana menggunakannya. 

Kenapa demikian? Boleh dikatakan selama ini banyak guru yang dalam pembelajarannya berkutat dengan metode dan strategi konvensional yaitu metode dan strategi yang belum sepenuhnya bersentuhan dengan teknologi. Belum sepenuhnya memahami tentang pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM), Rumah Belajar,  Awan Penggerak, Pemanfaatan LMS, Quizziz, Canvas, Canva dan sebagainya yang akan sangat membantu guru dalam melakukan pembelajaran. Baik secara luring, daring, hybrid dan sebagainya.

Hal tersebut bisa jadi karena selama ini guru-guru masih merasa bisa menggunakan cara-cara tradisional dan konvensional dalam mendidik para murid. Jadi menganggap penggunaan teknologi belum sepenuhnya penting. Atau boleh jadi karena belum sepenuhnya memahami penggunaan teknologi tersebut.  Tentu saja memang terkait kesiapan kemampuan guru masih banyak yang belum sepenuhnya mengenal teknologi tersebut. 

Persoalan ini menjadi persoalan bersama bagaimana para guru harus saling belajar dan berbagi pengalamannya dengan guru lain bagaimana memanfaatkan teknologi yang ada. Yang tentu saja mesti didorong motivasi pribadi untuk terus belajar menggunakan teknologi yang ada dalam memudahkan pembelajarannya.

Di PMM ada banyak konten menarik dan video inspiratif serta materi-materi yang bisa dilihat atau diunduh untuk dipelajari secara mandiri demi meningkatkan kemampuannya dalam memanfaatkan teknologi yang ada.

Mengoptimalkan Pembelajaran Anak  Kesulitan Belajar dengan Teknologi 

Sampai sejauh ini kita mengenal anak-anak kesulitan belajar mungkin hanya sekilas saja dan tidak sepenuhnya mengetahui kondisi mereka secara utuh. Makanya ada banyak kasus anak-anak yang mengalami kesulitan belajar secara spesifik tadi tidak lantas tertangani dengan tepat. Bahkan tidak sedikit di antara kita menganggap jika anak-anak tersebut sudah masuk usia SD, maka mereka akan bisa membaca.  

Kita menghadapi kompleksitas peserta didik dengan aneka hambatan, tapi belum bisa menemukan teknologi yang bisa membantu pembelajarannya.

Nah, dengan adanya PembaTIK tentu sedikit banyak akan menjadi salah satu solusi bagi guru dan peserta didik dalam mengoptimalkan pembelajaran yang  lebih menarik dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Sebut saja misalnya dengan anak-anak gangguan membaca (disleksia), ada banyak aplikasi yang bisa dipakai untuk kemampuan  ini. 

Aplikasi pembaca teks atau huruf dan kata, tentu saja menambah kemampuan anak dalam mengenal huruf atau kata-kata dengan lebih mudah. Dengan media text to speech (TTS) dapat membantu peserta didik dalam melihat teks dan mendengarnya secara bersama-sama.  

Buku audio dan buku TTS digital, juga membantu anak-anak mendengar buku dibacakan dengan keras. Bagi anak-anak dengan penglihatan juga biasanya memanfaatkan aplikasi pembaca teks. Secara langsung anak-anak mendengarkan teks yang hendak dibaca dengan perantaraan audio, seperti aplikasi JAWS yang saat ini telah banyak digunakan para peserta didik dengan hambatan penglihatan. Atau audio to text bagi anak-anak yang memiliki hambatan pendengaran.

Pemanfaatan pengenalan karakter optik (OCR) dapat membantu anak-anak mendengar dengan keras teks dari gambar dan gambar. Anak-anak dengan hambatan dalam membaca dapat menggunakan  OCR ketika ingin membaca lembar kerja atau dokumen lainnya.

Alat anotasi pun dapat membantu anak-anak dalam membuat catatan dan menulis komentar saat membaca.  Tujuannya untuk mengingat informasi, kontrol tampilan juga memungkinkan anak-anak untuk mengontrol bagaimana teks ditampilkan. Saat membaca mereka dapat mengubah font, ukuran font warna dan jarak teks, sehingga anak-anak menjadi lebih mudah membaca teks tersebut.

Jika anak-anak ingin memahami kata-kata yang tidak mereka pahami, maka kamus dan tesaurus adalah salah satu solusi yang bisa diberikan. Anak-anak bisa mempelajarinya secara mandiri dengan bantuan teknologi yang ada.

Begitu pula dengan hambatan disgrafia, diskalkulia dan disphasia yang tentu saja ada beberapa alternatif metode dan media yang bisa dimanfaatkan oleh guru dalam proses pembelajarannya.

Bagaimana ketika guru mengalami kesulitan membuat materi atau LKPD, saat ini PMM yang disana terdapat aneka sumber pembelajaran, berupa CP, ATP, Modul AJar, Asesmen Murid, dan sebagainya. 

Jika belum menemukan di PMM para guru juga dapat menggunakan Canva, Quizziz dalam membuat format penilaian yang lebih simpel dan menarik. Atau beragam aplikasi yang tersebar di dunia internet.

Itu semua adalah gambaran sederhana bagaimana mengelola murid dengan hambatan belajar atau kesulitan belajar dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

Pemanfaatan akun belajar.id dan memanfaatkan platform PMM, Rapor Pendidikan, Rumah Belajar, Perpustakaan Digital, Laboratorium Maya, Edu Game dan sebagainya kiranya akan semakin menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman guru dalam melakukan pembelajaran yang lebih menarik.  Dengan catatan guru harus terus melakukan apdet kemampuan dalam teknologi yang harapannya kemampuan dalam mengelola pembelajarannya lebih menarik dan sesuai kebutuhan murid serta zamannya saat ini.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun