Penulis dan mungkin banyak guru yang setelah mengikuti kegiatan Pembatik 2024 ini baru tersadar dari tidur panjang dan boleh jadi terlalu nyenyak dengan ketidakmampuan dalam mengenal teknologi dan bagaimana menggunakannya.Â
Kenapa demikian? Boleh dikatakan selama ini banyak guru yang dalam pembelajarannya berkutat dengan metode dan strategi konvensional yaitu metode dan strategi yang belum sepenuhnya bersentuhan dengan teknologi. Belum sepenuhnya memahami tentang pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM), Rumah Belajar, Â Awan Penggerak, Pemanfaatan LMS, Quizziz, Canvas, Canva dan sebagainya yang akan sangat membantu guru dalam melakukan pembelajaran. Baik secara luring, daring, hybrid dan sebagainya.
Hal tersebut bisa jadi karena selama ini guru-guru masih merasa bisa menggunakan cara-cara tradisional dan konvensional dalam mendidik para murid. Jadi menganggap penggunaan teknologi belum sepenuhnya penting. Atau boleh jadi karena belum sepenuhnya memahami penggunaan teknologi tersebut. Â Tentu saja memang terkait kesiapan kemampuan guru masih banyak yang belum sepenuhnya mengenal teknologi tersebut.Â
Persoalan ini menjadi persoalan bersama bagaimana para guru harus saling belajar dan berbagi pengalamannya dengan guru lain bagaimana memanfaatkan teknologi yang ada. Yang tentu saja mesti didorong motivasi pribadi untuk terus belajar menggunakan teknologi yang ada dalam memudahkan pembelajarannya.
Di PMM ada banyak konten menarik dan video inspiratif serta materi-materi yang bisa dilihat atau diunduh untuk dipelajari secara mandiri demi meningkatkan kemampuannya dalam memanfaatkan teknologi yang ada.
Mengoptimalkan Pembelajaran Anak  Kesulitan Belajar dengan TeknologiÂ
Sampai sejauh ini kita mengenal anak-anak kesulitan belajar mungkin hanya sekilas saja dan tidak sepenuhnya mengetahui kondisi mereka secara utuh. Makanya ada banyak kasus anak-anak yang mengalami kesulitan belajar secara spesifik tadi tidak lantas tertangani dengan tepat. Bahkan tidak sedikit di antara kita menganggap jika anak-anak tersebut sudah masuk usia SD, maka mereka akan bisa membaca. Â
Kita menghadapi kompleksitas peserta didik dengan aneka hambatan, tapi belum bisa menemukan teknologi yang bisa membantu pembelajarannya.
Nah, dengan adanya PembaTIK tentu sedikit banyak akan menjadi salah satu solusi bagi guru dan peserta didik dalam mengoptimalkan pembelajaran yang  lebih menarik dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Sebut saja misalnya dengan anak-anak gangguan membaca (disleksia), ada banyak aplikasi yang bisa dipakai untuk kemampuan  ini.Â
Aplikasi pembaca teks atau huruf dan kata, tentu saja menambah kemampuan anak dalam mengenal huruf atau kata-kata dengan lebih mudah. Dengan media text to speech (TTS) dapat membantu peserta didik dalam melihat teks dan mendengarnya secara bersama-sama. Â
Buku audio dan buku TTS digital, juga membantu anak-anak mendengar buku dibacakan dengan keras. Bagi anak-anak dengan penglihatan juga biasanya memanfaatkan aplikasi pembaca teks. Secara langsung anak-anak mendengarkan teks yang hendak dibaca dengan perantaraan audio, seperti aplikasi JAWS yang saat ini telah banyak digunakan para peserta didik dengan hambatan penglihatan. Atau audio to text bagi anak-anak yang memiliki hambatan pendengaran.
Pemanfaatan pengenalan karakter optik (OCR) dapat membantu anak-anak mendengar dengan keras teks dari gambar dan gambar. Anak-anak dengan hambatan dalam membaca dapat menggunakan  OCR ketika ingin membaca lembar kerja atau dokumen lainnya.