Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak-Anak Pemulung Bahagia

17 Juni 2024   22:16 Diperbarui: 19 Juni 2024   13:05 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pinggiran kota yang ramai, terdapat sebuah pemukiman kecil di mana kehidupan berputar di sekitar tumpukan sampah. Di sana tinggal beberapa keluarga pemulung yang hidup sederhana namun penuh kebahagiaan.

Ceritanya dimulai dengan dua sahabat, Mali dan Joko, yang merupakan anak-anak dari keluarga pemulung di pemukiman tersebut. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka bermain di antara tumpukan sampah, mencari benda-benda yang bisa mereka jual untuk mendapatkan sedikit uang bagi keluarga mereka.

Di tengah perjalanan menuju rumahnya, Joko bertemu dengan Mali. Kala itu Mali tengah memunguti kayu-kayu yang bertebaran di tumpukan sampah. Ada juga plastik dan ranting-ranting kecil tak luput dari tangannya yang mengaisnya dengan cepatnya.

"Hai, Mali. Kamu sedang bikin apa?" Tanya Joko dengan senyum gembira.

"Ini lho aku mau kumpulin kayu-kayu dan ranting untuk nanti malam." Jawab Mali.

"Memangnya mau bikin apa kok dikumpulin?" Tanya Joko lagi. 

"Mau bikin api kecil di depan rumah, siapa tahu malam ini terang dengan rembulan yang bulat tanpa tertutup awan. Semoga alam ini membawa kebahagiaan untuk kita." Imbuhnya.

Joko hanya tersenyum sambil menatap mimik Mali yang begitu bersemangat. Emang mau sama siapa bakar kayu-kayu itu?" Sembari duduk sebentar Joko kembali bertanya. 

"Semoga saja teman-teman ada yang mau mendekat. Ya mudah-mudahan kita bisa bakar singkong atau ubi rambat. Kan lumayan manis untuk dimakan sambil menatap langit yang cerah."

Tak disangka di tengah pembicaraan mereka, seorang gadis kecil menegur. Namanya Nina. Keduanya pun terperanjat.

"Hai. Kalian mau bikin apa? Kok ngumpulin kayu-kayu dan ranting? Mau bakar-bakar, ya?" Tanya Nina sewot.

"Iya nanti malam kita berdua berencana mau bakar-bakar singkong dan ubi rambat. Kamu mau ikut enggak?" Tanya Joko.

"Loh, enggak bahaya ta? Ini kan daerah penuh sampah. Kok kalian mau bakar-bakar? Nina mengingatkan.

"Iya, aku sih tadinya hanya mengumpulkan sampah-sampah plastik untuk dijual. Eh, ternyata pikiranku pada kayu-kayu yang berserakan. Jadilah aku mau bikin api di malam nanti. Setelah kamu ingatkan mungkin aku ingin membatalkan saja." Wajah Mali agak kecewa tapi ia terlihat nyaman saja.

"Enggak apa-apa Mali, kan kita bisa bikin mainan dari sampah-sampah itu. Gak harus dijual sih. Bisa saja kita bikin mainan dari botol minuman, seperti mobil-mobilan, kereta-keretaan atau kotak pensil. Nampaknya itu lebih menarik, kan?" Joko sedikit memberikan pengertian pada Mali.

Meskipun kehidupan mereka tidak mudah, Mali dan Joko selalu berhasil menemukan kegembiraan di setiap hari mereka. Mereka sering kali membuat mainan dari barang-barang bekas yang mereka temukan: boneka dari kain lama, perahu dari kaleng, atau layangan dari kertas dan plastik. Kreativitas mereka tidak terbatas, dan mereka selalu menemukan cara untuk saling menghibur satu sama lain.

"Baiklah, kita kumpulkan dulu barang-barang bekas yang mana yang bisa dijadikan mainan. Nanti kalau sudah didapat dan cukup, sama-sama kita bersihkan dan besok kita bisa buat bersama. Setuju nggak teman-teman?" Tanya Mali bersemangat.

"Setuju. Setuju" Nina dan Joko menyahut dengan perasaan gembira.

Seketika itu mereka berlalu setelah langit begitu terik dan suara-suara adzan bersautan.


Pada suatu hari, ketika Mali menemukan sebuah buku cerita yang agak rusak di antara tumpukan kertas bekas, ia dan Joko menghabiskan waktu berjam-jam membacanya di bawah pohon tua yang rimbun di pinggir pemukiman. Mereka terbuai oleh cerita-cerita tentang petualangan yang jauh, dunia yang belum pernah mereka kunjungi, dan makhluk-makhluk ajaib yang hanya ada dalam imajinasi.

Ketika senja menjelang, mereka kembali ke pemukiman dengan senyum bahagia di wajah mereka. Mereka menceritakan kembali cerita-cerita yang mereka baca kepada teman-teman mereka yang lain, yang mendengarkan dengan penuh kagum.

Malam itu, di bawah langit berbintang yang indah, semua anak-anak pemulung berkumpul di sekitar api unggun yang mereka nyalakan dari kayu-kayu bekas. Mereka bernyanyi dan menari, melupakan sejenak semua kesulitan hidup mereka. Mereka tertawa, mereka bercanda, dan mereka merasa begitu dekat satu sama lain seperti sebuah keluarga besar.

Di tengah kebahagiaan mereka, tidak ada ruang untuk pikiran tentang kekurangan atau kecenderungan untuk mengeluh. Mereka belajar untuk bersyukur atas apa yang mereka miliki: persahabatan, kegembiraan di setiap hari, dan cinta dari keluarga mereka.

Seiring malam berlalu, mereka tidur dengan damai di bawah langit yang teduh, bermimpi tentang petualangan-petualangan baru yang menunggu mereka besok hari. Anak-anak pemulung itu memang hidup dalam kemiskinan, tetapi kebahagiaan mereka tidak terbatas oleh kekayaan materi. Mereka menemukan kekayaan dalam kebersamaan, imajinasi, dan sikap positif terhadap hidup.

Demikianlah cerita tentang anak-anak pemulung bahagia yang mengajarkan kita bahwa kehidupan sejati tidak selalu tentang apa yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita menghargai apa yang kita miliki dan bagaimana kita berbagi cinta dan kebahagiaan dengan orang-orang di sekitar kita.

End

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun