Hujan ini masih tertahan
di langit yang masih diselimuti awan
Entah awan harapanÂ
atau sebaliknya awan kesakitan
Akulah hujan katamu
ketika mendung itu mulai memudar
ketika detik demi detik tetesan ituÂ
jatuh satu-satu beribu-ribu atau berjuta-juta nestapa
dibuang semua kesedihan yang mengimpit dada
Kelelahan, kepenatan kini telah beranjak
luka-luka, nestapa mulai terkoyak
jatuh bersama petir yang terus bernyanyi
laksana simphoni yang mengobati lukamu
 biarkan suara indah itu menghapus laranya
Itulah cerita hujan di senja ini
adalah semula di kala dini
deburan ombak pantai, hempasan badai
bukan lagi catatan kelam angkasa penuh luka ini
ia ingin menghapus lukanya tapi selalu disalahkan
mengapa ada awan jika hujan tak boleh jatuh?
Mengapa ada titik hujan ketika bumi tak membutuhkannya
jika justru bencana terus bertubi-tubi
jika tangis anak-anak terus menggores hati
nurani seakan-akan gelap lagi
Mengapa hujan selalu salah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H