Pada sepenggal pagi, dalam suara-suara lirih
Dalam doa-doa sang pemeluk mimpi
Merekalah pemilik hijaunya bumi
Pembangun, perangkai benang-benang nurani
...
Dalam suara lirih itu
Mereka pun bertanya pada diri
Siapa aku, siapa kamu
Aku dan kamu punya mimpiÂ
...
Dalam hening itu pula kamu bertanya
Apa yang bisa kubuat dalam sekejap
Dalam tubuh yang tak lengkap?
Kujawab, jangan takut, kamu takdir-Nya yang hebat
...
Dalam doaku, aku berbicara pada Sang Pemilik Waktu
Biarkan permata-mata itu terus mengkilap
Tak terjamah tangan-tangan gelap
Teruslah bernilai meskipun di dunia yang lelap
...
Wahai anak-anak bumi
Padamulah semesta ini berharap
Menantimu langkahkan kaki
Dalam jalan terang, warnai sang bumi
....
Wahai anak-anak langit
dunia ini nampak begitu sengit
para hati pun banyak yang sempit
Tapi hadirmu galaksi terus mengorbit
....
Kurasa daya juangmu yang kami tunggu
demi persada semakin maju
bukan sebaliknya, from pink into the blue
...
Tetaplah menjadi penjaga bumi pertiwi
Jangan sepertiku, terlalu banyak mengubur waktu
Bersama kerutan-kerutan wajah nan layu
Itu mimpi-mimpiku untukmu
Metro, 16/7/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H