Beberapa tahun kemudian seperti sebuah jawaban dari doa orang tua, mertua,  istri dan anak-anak, tetangga, guru, serta  semua keluarga,  alhamdulillah di 2009 saya lulus tes CPNS yang kali itu adalah nomor tes terakhir setelah mengikuti berkali-kali tes namun tak kunjung mendapatkan jawaban yang menyenangkan.
Sempat berputus asa karena tak juga terjaring seperti yang lainnya sekali tes langsung lulus. Padahal selama mengikuti beberapa tes itu tentulah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.Â
Tapi lagi-lagi di tahun tersebutlah Allah SWT memberikan jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan. Dan saya kemudian ditetapkan  sebagai PNS di salah satu Sekolah Luar Biasa sebagai guru kelas.
Lantas apakah dengan demikian semuanya perjuangan hidup telah berakhir? Tidak. Selama jadi pegawai negeri kami masih belum memiliki rumah dan kendaraan. Maka mau tak mau harus rela tinggal di rumah mertua untuk sementara waktu. Dari sana kami pun harus memiliki kendaraan agar bisa menuju tempat bekerja.Â
Bermodal kredit motor seken akhirnya usaha untuk mendapatkan kendaraan tercapai juga. walaupun akhirnya harus kembali dijual demi untuk mendapatkan motor kreditan yang baru.
Sayangnya motor yang kami kredit pun tak awet dan belum genap setahun harus diambil pihak debt collector karena rusak dan kreditnya menunggak beberapa bulan.
Kami terima motor disita, tapi nama di blacklist dari semua pembiayaan gara-gara motor tersebut. Kemalangan yang ternyata masih juga menghantui.
Namun, beruntungnya dengan bermodalkan SK, kami bisa meminjam uang di bank agar bisa membeli tanah pekarangan dan kendaraan. Hingga genap 10 tahun kami barus bisa memiliki rumah sendiri yang sederhana.
Menjadi Guru SLB dan pencarian jati diri
Siapa yang pernah berpikir ketika kuliah di pendidikan agama ternyata rela menjadi guru menjadi anak-anak berkebutuhan khusus?Â
Sepertinya tidak ada dalam kamus setiap orang. Kenapa? Karena menjadi guru agama amat beda proporsinya dengan guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus.