Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tetap Tanggap Bencana, Meski Dirasa Aman

28 Desember 2022   08:58 Diperbarui: 31 Desember 2022   01:40 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murid SD Inpres Watunonju, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mempraktikkan simulasi mitigasi gempa bumi di sekolah mereka. (KOMPAS.com/VITORIO MANTALEAN)

Benar kata-kata bijak, di manapun berada selalu menyimpan sebuah bencana yang tidak pernah diprediksi sebelumnya, maka waspada akan bencana adalah langkah awal menghindari jatuh korban jiwa

Belum lama ini di 2022, bumi pertiwi digemparkan oleh adanya bencana gempa bumi (eart quake) yang menewaskan ratusan orang-berdasarkan rilis media terdapat 600 korban tewas. Bahkan seperti yang di rilis oleh Jawa Pos 24 Desember 2022, terdapat 3.318 peristiwa bencana alam di Indonesia berdasarkan Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Desember2022.

Bencana-bencana tersebut tentu saja menorehkan kembali catatan kelam, bahwa bumi negeri yang kita tempati ini terus menerus beraktifitas secara periodik yang berakibat adanya jatuhnya korban jiwa dan kerusakan infrastruktur di dalamnya. Bahkan seolah-olah memberi sinyal kepada kita bahwa di penghujung tahun selalu jatuh korban yang tidak sedikit. Sehingga setiap manusia mesti waspada dan terus berdoa agar bencana alam yang mungkin terjadi tidak menimbulkan jatuh korban.

Bencana tidak bisa dihindari, tapi manusia hanya berusaha mencegah bencana itu tidak terjadi. Dan seandainya bencana tetap terjadi, kita berusaha untuk terus tanggap dan waspada bahwa alam ini akan terus beraktifitas "normal" seiring perjalanan waktu dan usianya yang menurut kita semakin tua.

Kita Semua Mesti Tanggap Bencana Meskipun di Dalam Rumah

Selain apa yang disampaikan tentang bencana-bencana yang terjadi, lebih khusus baru-baru ini kejadian bencana gempa yang berkekuatan, nampaknya tidak bisa dianggap sebelah mata. Kenapa? Karena bencana alam adalah fenomena yang akan selalu hadir di tengah-tengah kita. 

Bencana yang terjadi baru-baru ini terjadi di wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Wilayah yang menurut BMKG mengalami goncangan 5,6 magnitudo, yang secara masif meruntuhkan bangunan permanen dan semi permanen di wilayah tersebut. Selain meruntuhkan bangunan-bangunan penduduk, infrastruktur penting lain pun turut menjadi korban.

Bencana alam lain pun turut menerjang wilayah tersebut, seperti banjir, tanah longsor, semakin memicu hadirnya persoalan baru. Bagaimana membangun kembali infrastruktur yang hancur, orang-orang yang mengalami cacat fisik karena tertimpa bangunan, dan bagaimana merehabilitasi trauma atas peristiwa yang terjadi adalah sebuah catatan penting.

Tentu menjadi catatan penting bahwa di manapun berada, bencana bisa saja merenggut nyawa korbannya, seperti yang terjadi di mana bencana itu terjadi. Bisa jadi ketika penghuni rumah tengah terlelap atau beraktivitas lain, ternyata karena begitu cepatnya kejadian, banyak korban yang tidak bisa menyelamatkan diri.

Bahkan sejumlah korban jiwa dari gempa bumi itu karena korbannya tertimpa bangunan. Semua itu akibat karena kejadian yang di luar prediksi manusia. Dalam luar prediksi, ketika kita berharap bencana tidak terjadi lagi, namun bumi memiliki siklus tersendiri dan itu tidak dapat dihindari.

Bisa jadi gempa bumi tidak pernah terjadi di suatu wilayah, jika bumi ini tiba-tiba bergerak dengan sendirinya, maka tak menutup kemungkinan akan meruntuhkan semuanya. Apalagi bencana alam tidak hanya gempa bumi, karena di media pun bermunculan informasi bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kebakaran dan bencana lain yang begitu saja terjadi.

Kita selalu berharap dalam keadaan aman dari bencana, tapi siapa yang dapat menduga jika bencana tersebut tiba-tiba hadir? Hanyalah kesiap-siagaan itulah yang memperkecil jatuhnya korban jiwa.

Melatih kesiap-siagaan bencana dari rumah

Sebagai keluarga yang menjadi bagian dari bumi pertiwi, tentu adanya bencana turut menjadi perhatian yang serius. Hal tersebut berdasarkan kejadian bencana yang ternyata tanpa disadari telah menewaskan anggota keluarga mereka. 

Bagaimana mirisnya ketika orang-orang yang semestinya mendapatkan perlindungan dan rasa aman, ternyata harus menjadi korban karena "kelalaian" atau karena memang musibah yang tidak bisa dihindari.

Padahal memperkenalkan solusi sederhana ketika terjadi bencana adalah langkah yang paling mungkin dapat diberikan. Seperti lari secepatnya jika memungkinkan melewati pintu atau jendela yang mudah di buka, bersembunyi di bawah meja atau dipan (tempat tidur kayu atau ranjang besi) jika tidak sempat keluar rumah, menjauhi dari lemari karena kemungkinan lemari yang akan roboh yang berdampak menimpa tubuh, atau menutup kepala menggunakan tas untuk menghindari kejatuhan benda-benda yang jatuh, serta memperkenalkan di mana tempat paling aman untuk dilakukan evakuasi.

Namun hal yang paling utama mencegah terjadinya jatuh korban adalah pastikan jalur evakuasi tidak terhalang oleh benda-benda lain seperti kabel, kursi yang menutup akses jalan, dan teralis besi pada pintu dan jendela yang ketika terkunci semakin mempersulit melakukan evakuasi.

Di bulan-bulan bencana, berlibur di tempat paling aman adalah sebuah keniscayaan

Setiap penduduk sepertinya ingin menikmati saat-saat liburan, baik liburan Natal maupun Tahun baru. Apalagi di Desember ini adalah puncak liburan dua moment tersebut selain liburan sekolah selama setengah bulan.

Tentu saja moment yang tidak setiap bulan dialami turut memicu semangat orang-orang yang tengah menjalaninya ingin keluar rumah untuk menikmatinya. Baik sekedar buang-buang uang kecil (konglomerat) maupun membuang kepenatan setelah berbulan-bulan merasakan beban dan aktivitas pekerjaan.

Semua hal tersebut boleh dan bisa saja dilakukan demi untuk memuaskan hasrat berlibur tersebut. Akan tetapi apakah hasrat berlibur tersebut bisa dengan melawan kondisi yang akhir-akhir ini cukup membahayakan?

Tentu saja tidak, bukan?

Yap, menikmati liburan adalah keniscayaan bagi semua orang, tapi mencegah adanya gangguan keselamatan jiwa adalah jauh lebih penting dari segalanya.

Nah, jika menengok informasi yang beredar dan fakta yang akhir-akhir ini muncul adanya bencana gempa, banjir, tanah longsor dan badai di laut lepas yang turut mengguncang pelayaran di dunia, tentu menjadi sinyalemen bahwa badai bencana karena pengaruh angin, hujan dan pergerakan tanah saat ini menjadi sangat memungkinkan terjadi. Maka wilayah-wilayah pantai, bibir sungai, pegunungan atau perbukitan adalah tempat yang paling tidak aman untuk saat ini. 

Meskipun tidak aman itu bisa saja tidak terjadi di beberapa daerah karena kondisi geografis dan catatan kebencanaan belum terjadi, semestinya menjadi perhatian serius bahwa semua tempat yang sangat riskan semestinya dihindari untuk sementara waktu.

Oleh karena itu, amat bijaklah dalam mencari tempat-tempat liburan demi menjaga harta kita yang utama, yaitu NYAWA. 

Kesenangan bisa saja kita dapatkan di mana saja, tapi keamanan jiwa kita adalah paling utama.

Bencana bisa saja terjadi kapan saja asal kita waspada mudah-mudahan tidak terjadi jatuh korban. Jika ternyata rumah dan perabotan di dalamnya akan rusak karena bencana, paling tidak nyawa satu-satunya aset kita bisa terlindungi dengan maksimal.

Salam

Metro, 28/12/2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun