Sedangkan pada hal-hal yang bersifat bersama, Pancasila menuntun kita untuk selalu terbuka. Tidak ada udang di balik batu dan tidak ada kepentingan yang sebenarnya harus dibuka untuk umum, ternyata diselesaikan secara pribadi dan lebih kurang tepat lagi jika hanya menguntungkan secara pribadi.Â
Persoalan apapun jika terbuka, maka suatu saat akan menemukan solusinya. Bahkan persoalan berbangsa pun hakekatnya jangan ada yang disembunyikan, agar semua pihak menyadari bahwa yang terjadi adalah persoalan bersama dan harus diselesaikan secara bersama-sama.Â
Mungkin saja masalah itu bisa diselesaikan sendiri, namun melibatkan banyak orang lain dalam  mengentaskan masalah bersama adalah sebuah keutamaan dan tentu saja meringankan.
Karena semua persoalan bersama ditanggapi dengan pikiran yang terbuka pula, maka solusi pun akan dapat ditemukan, masalah dapat dientaskan. Dan keterbukaan itu hakekatnya bersumber dari kejujuran. Kejujuran akan menuntun pada penyelesaian semua masalah.Â
Dengan kata lain jika persoalan bersama ternyata disembunyikan dan dirahasiakan untuk umum, maka lambat laun persoalan itu akan meledak. Ibarat setitik api di dalam tumpukan sekam lama kelamaan akan membakar sekam semuanya.
Bersikap obyektif dan realistis dalam bermasyarakat
Pancasila akan terus tetap terjaga sebagai ideologi negara dan pribadi jika insan di dalamnya bersikap objektif dan realistis. Hidup memang boleh untuk mengkhayal, tapi jika mengkhayalnya ketinggian tanpa dilakukan upaya yang optimal, tentu hanya akan menjadi sesuatu yang di luar kewajaran.
Fakta lingkungan masyarakat adalah berisi beragam manusia dengan karakter yang berbeda. Maka sudah barang tentu akan menemukan aneka pertentangan atau selisih pendapat. Baik karena persoalan adat istiadat atau kepercayaan masing-masing.Â
Dan sebagai masyarakat yang ber-Pancasila akan menganggap sesuatu tersebut adalah memang harus ada. Perbedaan itu tidak bisa dipaksakan untuk sama. Dan tentu saja semua pihak harus menerima perbedaan itu dengan ketulusan dan kesepakatan bersama pula.
Jika satu menerima perbedaan itu sedangkan di pihak lain menolak tentu menjadi preseden buruk bagi keharmonisan masyarakat.
Mau saling berbagi dengan yang lain
Bukankah kita diciptakan oleh Tuhan berbeda-beda, beragam dan tidak sama? Yap. Kita sepakat bahwa manusia diciptakan Tuhan memiliki perbedaan yang hakiki. Baik perbedaan dalam pendidikan, ekonomi, kemampuan bersosialisasi dan sebagainya. bahkan dalam hal kepercayaan.
Tuhan pun memberikan kodrat pada manusia berbeda. Ada yang kehidupannya miskin, biasanya-biasa saja, ada pula yang dengan kekayaan yang banyak. Â Maka dari itu mereka mempunyai perannya yang berbeda.Â