Selain sangat tradisional, terkadang hanya di waktu-waktu tertentu saja masyarakat bisa menemukannya. Seperti di hari nan fitri ini untuk tapai dan lapis legit bukanlah hal sulit untuk ditemui.
Namun demikian, ternyata kesetiaan masyarakat lokal akan makanan-makanan tradisional tidak diragukan lagi. Terbukti seperti apa yang kami temui ketika berlebaran ada saja masyarakat yang masih menjaga warisan leluhur ini.Â
Seperti tapai yang sebenarnya jika mengenal makanan ini sangat mudah dibuatnya. Dan ternyata tapai juga bisa dikombinasikan dengan makanan dan minuman lain. Seperti cendol dan kue yang memang mencampurkan bahan tapai bagi resep kue mereka.
Tapai biasanya dibuat dari singkong atau ubi, tapi ada pula jenis tapai yang dibuat dengan bahan beras ketan, baik putih maupun hitam.
Bahan pembuatan tapai juga dipengaruhi oleh selera masyarakat serta keberadaan bahan baku. Dengan proses yang mudah dengan memfermentasikan singkong / ubi atau ketan dengan ragi, makanan manis dan hangat di tenggorokan ini bisa dibuat dan dinikmati siapa saja.
Dari berbungkus daun pisang, kini tapai-tapai ini dikemas dalam wadah-wadah plastik agar lebih praktis dan elegan. Meskipun dengan berbungkus pisang, tapai-tapai akan lebih terasa lezat dan mengurangi bahaya dari wadah berbahan sintetis ini.
Uniknya, meskipun makanan ini legendaris dan murah, masyarakat perdesaan masih antusias membuat dan menyajikan di meja-meja tamu mereka. Bagi kami masyarakat desa tentu sangat bersyukur karena masih bisa menemukan makanan ini.
Sedangkan lapis legit karena memang harganya tidak murah dan cara membuatnya lebih rumit.Â
Meskipun harga tak murah, produksinya juga menyita waktu atau lebih lama yakni kurang lebih selama 8 jam, ternyata masyarakat Jawa pun sangat menyukai jenis kue ini.Â
Selain rasa yang lezat, tentu bisa menghidangkan lapis legit adalah salah satu kebanggaan dan gengsi tersendiri.