Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ingin Boikot Masakan Padang? Pak Jokowi Sedih Karena Ini

18 Maret 2022   22:33 Diperbarui: 18 Maret 2022   22:54 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini sengaja saya buat karena akhir-akhir ini viral tagar ajakan untuk memboikot masakan Padang. Munculnya permintaan dan tagar aksi boikot masakan khas tanah Minang ini adalah berawal dari komentar seseorang di Facebook yang kebetulan juga dirilis oleh Kompas [dot] com.

Menurut beberapa pengamat, aksi boikot masakan padang ini dikarenakan sikap masyarakat Sumatera Barat yang menolak kedatangan Menteri Agama ke tanah Minang , pasca aturan adzan yang dikeluarkan oleh Menteri agama tersebut.

Apalagi ada yang sampai mengaitkan dengan kekalahan pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin ketika Pilpres. Di mana di daerah Sumatera Barat perolehan suara mereka  memang kalah dibandingkan suara Prabowo - Sandi. Yang tentu saja penyebab boikot masakan padang sungguh tidak logis dan melawan tatanan budaya di tanah air kita.

Ajakan boikot masakan Padang tentu tidak serta merta mendapatkan dukungan dari banyak pihak, lantaran begitu banyak pihak, khususnya pengguna Twitter, yang jelas-jelas menolak ajakan ngawur ini. 

Dengan aneka tayangan video, gambar maupun pendapat-pendapat khas penyuka rendang ini sengaja membuat cuitan di Twitter demi menunjukkan loyalitas mereka pada masakan Padang. Seperti para tokoh-tokoh publik yang secara langsung menolak ajakan boikot ini dengan alasan bersifat pribadi.

Seperti dalam cuitannya di Twitter, Fahira Idris DPD RI @fahiraidris,  mengatakan :


 

Selain cuitan yang menandakan ia menolak ajakan boikot,  ia pun menunjukkan foto masakan padang yang tentu saja membuat air liur saya ikut menetes.

Cuitannya ini mendapatkan 320 komentar, 830 retwitt, dilike 3.098 (Jumat, 18 Maret 2022 Pkl. 21:39 Wib)

Ada pula pengguna twitter lain  yaitu Hilmi Firdausi  dalam akun @hilmi28,  yang membuat cuitan terkait masakan padang:

  

Juga ada cuitan dari Berkoalisi Dengan Rakyat yang mengatakan sebagai berikut:


Beberapa cuitan di twitter ini menunjukkan bahwa selama ini pengguna internet khususnya Twitter begitu antusias dan menggandrungi masakan Padang, terlepas mereka berasal dari Sumatera Barat atau dari daerah lain.

Seperti cuitan Yuliawati @Yuliawati0608: "Meskipun lahir di Jakarta n ortu di Jawa Timur, klo disuruh boikot ga makan masakan padang, nyerah deh. Alangkah meruginya ga bisa makan masakan padang (emoticon tertawa), sejak kecil pulang sekolah tiap hari selalu lewati masakan padang blok 3 pasa Senen trus stop makanan enak itu, Ogah pangkat 3.


Cuitan tersebut menunjukkan bahwa meskipun ia bukan bukan orang Padang, kesukaan masakan Padang sudah mendarah daging semenjak kecil.

Dan aneka cuitan di Twitter dan status-status media sosial  lainnya yang menunjukkan penolakan atas ajakan untuk merusak kekayaan kuliner nusantara ini.

Selain aksi penolakan berupa cuitan di Twitter, banyak pula tulisan-tulisan karya pengguna internet yang menyuarakan penolakan ajakan aksi boikot masakan padang.

Masakan Karya Fenomenal disukai Presiden Jokowi, Kenapa Dimusuhi???

Fenomena viral aksi ajakan untuk memboikot masakan Padang merupakan fenomena yang sungguh tidak bisa diterima akal sehat. Kenapa? Sebab apa salah masakan kok tiba-tiba harus dimusuhi dan diboikot lantaran persoalan politik yang tidak ada kaitannya dengan makanan tersebut.

Dan seandainya ketidaksukaan pada masakan karena sebab-sebab dilarang dalam agama (Islam) tentu ajakan boikot juga tidak dibenarkan, apabila makanan itu memang dikonsumsi oleh pemeluk agama yang secara jelas membolehkannya.

Nah, jika diarahkan sebagai bentuk kekesalan karena kekalahan dalam Pilpres, yang mana pasangan Jokowi dan Ma'ruf Amin kalah di Sumatera Barat tentu hal ini tidak dibenarkan. Apalagi tim pemenangan Jokowi Ma'ruf sendiri menentang aksi boikot ini lantaran menyadari bahwa aksi-aksi boikot terhadap makanan justru tidak pantas dilakukan. Apalagi masakan Padang sudah menjadi ikon makanan nasional yang melegenda (khususnya rendang) dan sudah diakui oleh dunia sebagai makanan terenak saat ini.

Belum lagi jika dikaitkan dengan adanya aturan pelarangan (pengurangan volume adzan) dan karena dianggap penyamaan dengan anj*ng, tentu hal ini pun tetap tidak dibenarkan. Apa salah makanan yang halal dan kekayaan nusantara jika harus dimusuhi lantaran persoalan yang tidak ada hubungannya dengan makanan tersebut. Selain tidak ada hubungan dengan makanan, adanya aksi boikot tersebut tentu sangat mengecewakan dan tidak akan diterima oleh Presiden Jokowi selaku sosok yang begitu mendukung berkembangnya hasil karya daerah hingga go internasional.


Jika aksi boikot masakan Padang ini karena urusan politik, sebaiknya dihentikan, lantaran ini adalah sebuah aksi yang tidak dibenarkan dan di luar nalar. Karena persoalan politik sungguh tidak patut harus dilibatkan pada hasil karya masakan anak bangsa. Di satu sisi menunjukkan arogansinya, di sisi lain menunjukkan bahwa sikap tersebut tidak mencerminkan sikap mencintai hasil karya Nusantara.

Bahkan menurut saya sungguh sangat berbahaya jika aksi ini mendapatkan aksi balasan serupa untuk memboikot makanan lain  seperti pecel lele, sego liwet, gudeg jogja, coto makasar, pindang, dan lain-lain, yang jelas-jelas merusak tatanan budaya kita.

Salam

Metro, 18/3/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun