Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Aku dan Putriku

26 Oktober 2020   09:59 Diperbarui: 29 Oktober 2020   03:54 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga kami adalah keluarga dengan kehidupan sederhana, dengan memiliki 1 putri dan 2 putra. Pernikahan yang cukup banyak drama kehidupan, karena memang itu adalah ujian kehidupan. Berasal dari dua latar yang berbeda tentu akan memiliki sisi kehidupan yang berbeda pula.

Sebagai lelaki yang menikah dengan wanita yang berlainan suku, tentu banyak hal yang ditemukan selama menjalani mahligai kehidupan. Ada banyak gaya dan pola hidup yang berbeda. Bagaimana berbicara dengan lawan jenis dan bagaimana bersikap dengan orang yang lebih tua. Meskipun banyak hal yang kadang relatif sama tradisinya, akan tetapi selalu ada celah yang berbeda yang harus diterima sebagai sebuah keniscayaan.

Dengan perbedaan yang kadang mencolok, tentu menjadi persoalan betapa kehidupan itu akan menghadapi banyak pertentangan pendapat. Mulai dari hal-hal yang kecil, seperti cara makan, cara menata laksana rumah tangga, bagaimana hubungan dengan kerabat dan tetangga, dan lain sebagainya, menjadi hal yang harus diketahui secara detil. Bahkan sebaiknya harus banyak mencari informasi bagaimana seharusnya berumah tangga dengan benar.

Antara anak laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam keluarga. Tidak ada yang boleh merasa berkuasa dan mengatur segala-galanya. 

Karena kehidupan ini tidak semulus jalan tol, maka sebagai manusia biasa harus selalu mempelari hal yang belum dipahami agar tidak salah dalam menjalani kehidupan ini.

Pesan yang harus disampaikan kepada putri ada beberapa hal, sebagai berikut:

1. Setiap keluarga adalah ikatan suami istri yang seperti wadah dengan tutupnya.

Ada hal yang menarik dalam kehidupan adalah adakalanya menjalani pernikahan tidak mengetahui dengan pasti mengapa mereka menikah. Apakah sekedar menjalin cinta karena pernah diperkenalkan dengan yang namanya jodoh, atau memang ingin mengikuti sunnah Rosul dengan konsekuensi mengikuti apa yang dititahkannya. 

Ketika menjalin mahligai perkawinan, semestinya saling menjaga marwah keduanya. Seandainya salah satu pihak mengalami persoalan yang bisa jadi kecil, seharusnya diselesaikan dengan cara baik-baik dan kekeluargaan. Ada pembicaraan empat mata tanpa melibatkan orang lain yang tidak tahu menahu persoalan itu.

Dua hati bisa saling membagi masalah tanpa harus melibatkan orang lain yang bisa jadi membuat masalah semakin berat dan rumit. Kecuali jika masalah itu tidak mampu diselesaikan, maka kabarkan masalah itu kepada orang tua pasanganmu dahulu. Biarkan mereka bisa membicarakan persoalan itu dari hati ke hati. Pastilah sang ayah atau ibu dari suamimu akan lebih mengerti bagaimana cara memberikan masukan yang berarti atas masalah yang dihadapi.

Ada banyak hal yang pasti muncul di dalam rumah tangga, tapi hanya kebijakanlah yang bisa menyelamatkan biduk rumah tangga hingga usia menjadi tua, bahkan di alam keabadian.

Saling menutupi atas aib yang diderita dan bukan justru mengobralnya ke khalayak umum yang justru  nanti akan merusak segala-galanya.

2. Menjauhi prasangka, karena prasangka itu dosa

Banyak keluarga yang berakhir kandas dalam perjalanannya. Kadang persoalan kecil saja bisa menibulkan kecelakaan yang fatal jika masalah itu tidak segera diselesaikan berdua. Ibarat kerikil di jalanan, kalau tidak hati-hati bisa saja membuat pengendara terpelanting. Seandainya menemui kerikil kecil dalam rumah tangga, jika yang mengalami dalam kondisi sigap dan waspada, maka kecelakaan fatal bisa saja dihindari.

Seperti halnya kesalahan memahami pasangan karena prasangka. Berprasangka buruk diawali dari kesalahan informasi yang diterima. Atau kurang memahami informasi yang berkembang. Acapkali kita menilai masalah dari satu sudut pandang tanpa menilai sudut pandang yang berbeda. Yang terjadi adalah kecurigaan yang berlebihan akan suatu hal. Jika kecurigaan dan prasangka tersebut disemai secara terus menerus dalam kalbu maka endingnya pastilah akan menjadi prahara.

Bagaimana menyikapi agar tidak terjadi prasangka, yaitu dengan cara mencari informasi dari orang yang tepat. Apakah informasi itu valid atau hanyalah fitnah yang sengaja diciptakan demi merusak hubungan rumah tangga.

3. Tidak selamanya rumah itu bahagia dan penuh dengan harta

Yang perlu dipahami bahwa tidak sedikit rumah tangga yang berakhir dengan begitu tragisnya lantaran persoalan ekonomi yang menjerat. 

Salah satu persoalan yang sering menjadi hal yang merusak rumah tangga itu kekurangan dalam bidang ekonomi. Uang, menjadi faktor penting bagaimana bangunan rumah tangga itu akan selalu utuh.

Tapi yang perlu dipahami bahwa tidak ada rumah tangga yang selalu dipenuhi harta. Meskipun mereka dilahirkan dari orang yang kaya sekalipun, besar kemungkinan mendapatkan ujian kehidupan dalam kekurangan. 

Bayangkan saja ketika tengah bahagia dengan usaha yang maju dengan uang yang terus mengalir ke dalam rekening, mereka akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Tapi, ketika di suatu massa usahanya mandeg atau bangkrut karena banyak persoalan, uang yang tiba-tiba lancar, berubah seret dan sulit. Jika kondisi itu tiba-tiba terjadi, apakah akan merusak semuanya? Tentu tidak bukan, semua harus diselesaikan dengan cara bijak dan mencari solusi supaya kehidupan terus berjalan.

Jika pada saatnya nanti kehidupan mengalami hambatan, tidak ada jalan lain harus bersama-sama mencari solusi terbaik dan bukan lari dari persoalan yang ada. Bagaimana niat hidup ini harus selalu mampu mencari solusi atas masalah yang ada dan bukan sebaliknya melarikan diri dan tidak peduli dengan segalanya.

4. Mertua adalah orang tuamu ke dua

Ada yang menganggap bahwa pernikahan itu hanyalah menikahnya dua orang laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan orang tua. Maka acapkali setelah menikah di antara mereka tidak peduli lagi dengan keluarga masing-masing. Semua beralasan bahwa mereka harus mandiri, dan tidak butuh lagi berkomunikasi dengan keluarga. 

Padahal, bagaimanapun juga mereka hadir bersama keluarga masing-masing. Maka sangat tidak tepat pula jika  jika mereka melupakan keluarga. 

Hakekatnya, keluarga pasanganmu adalah keluargamu juga, apapun kondisinya. Maka menghormatinya adalah sama halnya menghormati orang tuamu sendiri.

5. Mengalahlah jika masih bisa mengalah

Suatu saat dalam rumah tangga akan menemukan perselisihan yang bisa jadi remeh temeh. Seperti memilih tempat tinggal, merencanakan nama anak, bagaimana mereka mendidik anak-anaknya, pekerjaan, dan lain sebagainya. 

Masalah tersebut akan selalu muncul dalam rumah tangga. Nah, jika masalah itu muncul, ada baiknya berkomunikasi secara pro aktif dari hati ke hati dan berusaha mencari jalan tengah mana yang terbaik. 

Jangan selalu merasa menang dan berkuasa, meskipun jabatan dan penghasilan melebihi pasanganmu, karena semua itu adalah titipan semata.

Ada banyak hal yang harus diketahui dan dipahami dalam kehidupan ini. Ada pahit dan getir, ada manis dan bahagia dalam kehidupannya. Semua itu bagian dari hidup yang akan dialami semua manusia di alam semesta.

Jika setiap orang mampu melaluinya, maka mereka akan mampu mengendalikan bahtera rumah tangga hingga pendaratan terakhir.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun