Suatu ketika saya mendengar kabar bahwa salah satu guru ada yang nekat gantung diri. Setelah saya telusuri dan banyak tanya, ternyata sosok korban bunuh diri ini diketahui terlalu lama bekerja sebagai honorer dan ternyata tidak juga diangkat sebagai PNS.
Ada juga informasi seorang pria yang tidak saya sebutkan namanya tiba-tiba terkena gangguang jiwa lantaran terlalu lama honor dan tak juga diangkat menjadi abdi negara dengan gaji yang layak. Meskipun ada juga yang sering saya temui seorang PNS yang bertingkah seperti orang yang kehilangan kontrol diri, marah-marah tak jelas, tidak suka dengan prestasi bawahan, dan takut karena didatangi wartawan. Nah, untuk yang terakhir ini bisa jadi gejala kejiwaan yang mulai terganggu lantaran proyeknya dianggap bermasalah.
Orang-orang yang merasa cemas yang berlebih-lebihan lantaran ditemui oleh misalnya sosok wartawan, bisa jadi merupakan ciri-ciri gangguan kejiwaan. Karena salah satu ciri gangguan kejiwaan adalah rasa takut yang berlebih-lebihan. Atau bisa juga seorang ibu yang tiba-tiba memukul anak-anaknya karena tekanan pekerjaan di rumah, suami yang kurang pengertian, uang suami yang tidak mencukupi setiap bulan, dan diperparah karena terlalu lama menganggur dalam tanda kutip.Â
Mereka acapkali menunjukkan hal-hal yang negatif dengan melakukan kekerasan pada orang-orang di lingkungannya. Â Bahkan ada yang lebih parah sampai merusak barang-barang yang ada di dalam rumah. Sayangnya ketika ditanya, Â jawabnya selalu "saya baik-baik saja."
Lalu, seperti apakah gangguan jiwa itu?
Menurut situs alodokter, gangguan jiwa adalah "masalah kesehatan yang memengaruhi bagaimana seseorang berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dengan orang lain secara signifikan. Jika tidak diobati, orang yang mengalami gangguan jiwa akan sulit beraktivitas, bekerja, dan bahkan berinteraksi dengan orang lain. (Alodokter.com, 10/10/2020)
Nah, ternyata gangguan jiwa merupakan kondisi yang terjadi pada seseorang terkait gangguan dalam berpikir, berprilaku, dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Parahnya, jika gejala gangguan jiwa ini tidak segera diketahui dan diberikan solusinya, maka si korbannya akan benar-benar kehilangan akal, yang dampaknya bisa masuk ke rumah sakit jiwa.Â
Bahkan menurut pengamatan saya, banyak orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) yang dinyatakan sembuh dari gangguan jiwa, ternyata kembali menjadi gila (kambuh) jika obat-obatan yang dikonsumsi mulai habis.
Dengan kata lain, gangguan jiwa ini bukan hal yang remeh, tapi berbahaya bagi kehidupan manusia.Â
Penyakit mental yang sulit disembuhkan jika lingkungan tidak mendukung kesembuhannya. Masih beruntung jika tidak membahayakan, karena acapkali penderita gangguan jiwa akan mengganggu orang-orang di sekitarnya. Bahkan saat ini banyak sekali korban penusukan yang terjadi pada para tokoh publik (kyai dan ustadz) yang menurut kabar dilakukan oleh orang gila.
Bagaimana mencegah gangguan jiwa?
Menurut Bang Haji Rhoma Irama, sosok raja dangdut populer itu memberikan tips bahwa kunci djauhkan dari gangguan jiwa adalah dengan:Â
Iman dan takwa.
Iman menjadi salah satu kunci seseorang akan dijauhkan dari gangguan jiwa. Kenapa? Ketika orang beriman, apapun agamanya, mereka berpegang teguh pada kitab sucinya, maka secara tidak langsung mereka akan mengeluhkan masalahnya pada Tuhan. Bahkan banyak di jelaskan dalam Al Qur'an bahwa "ala bidzikrillahi tatmainul qulub." Dengan mengingat-ingat dan menghayati asma Tuhan maka beban kehidupan akan terobati. Â Karena dengan mengingat Tuhan maka hati menjadi tenang.Â
Salah satu manifestasi keimanan seseorang adalah selalu berpegang teguh pada ajaran agamanya. Mengerjakan yang diperintahkan dan menghindar dari yang dilarangnya. Jika salah satu larangan kita langgar, maka hati akan menjadi tidak tenang, misalnya korupsi proyek, maka setiap hari akan dikejar-kejar rasa takut hukuman penjara. Tidur tidak nyenyak dan makanpun tidak enak. Setiap hari berusaha berbohong dan selalu menutupi kebohongan dengan kebohongan lain. Jangankan di akhirat yang jelas balasannya, di dunia saja seperti diburu rasa takut yang sangat. Dan ketakutan yang berlebihan tersebut bisa memicu jangguan jiwa.
Bandingkan saja dengan sosok yang apa adanya, semua dilaksanakan sesuai perintah Tuhan, maka hati akan menjadi tenang dan beban pikiran menjadi sirna.
Memperteguh iman pada diri seseorang akan semakin membuat hidup ceria dan tenang. Beban-beban kehidupan sedikit banyak bisa dihalau karena tingginya kepasrahan pada takdir Tuhan.
Sedangkan takwa adalah berserah diri sepenuhnya pada Tuhan. Orang-orang yang bertakwa akan merasakan kedamaian batin. Meskipun dalam kekurangan, rasa syukur akan terus terucap dari bibir dan hatinya. Karena pada prinsipnya, apa yang diberikan Tuhan pada manusia adalah nikmat yang banyak. Tidak ada sosok manusiapun yang bisa menghitung nikmat yang diberikan-Nya.
Mensukuri apa yang ada serta ikhlas menerima risiko kehidupan
Siapa yang tidak ingin jabatan tinggi ketika saat ini hanya sebagai pegawai biasa dengan gaji yang paspasan? Dan siapa yang tidak ingin mempunyai rumah mewah, istri cantik, mobil keluaran Eropa yang juga mahal, dengan uang yang tidak dapat dihitung lagi di dalam tabungan? Semua orang menginginkannya, bukan?
Tapi, bukankah rezeki setiap orang berbeda-beda? Ada yang gajinya kecil, ada yang besar. Ada yang ahli mesin, arsitek dan lain-lain dengan gaji tinggi, sedangkan kemampuan diri sangat terbatas, bahkan sekolah saja tidak tamat.Â
Bagaimana bisa membandingkan dengan kehidupan kita dengan orang lain, jika kehidupan kita memang sederhana? Dan bagaimana memimpikan seperti orang lain jika penghasilan kita saja paspasan, imposible, 'kan?Â
Mereka yang berpenghasilan tinggi, kehidupan serba mewah dan istri yang cantik, tentu memang buah dari kerja keras dan modal dan kemampuan yang berbeda dari masing-masing individu. Nah, jika kemampuan saja berbeda, mana mungkin semua akan sama?Â
Pada intinya, beban kehidupan karena tekanan batin dan persoalan yang kita alami sejatinya bisa menjadi penyebab gangguan jiwa. Selain gangguan jiwa yang terjadi karena gangguan jin lho. Semua penyakit mental itu bisa dihindari asalkan berpasrah diri dan mensukuri apa yang ada.
Menikmati sedikit atau banyak pemberian Tuhan dengan rasa sukur adalah langkah awal menghindari gangguan jiwa.
Keluar dari wilayah yang membuat dirimu tertekan
Ada satu kisah salah satu pegawai honorer yang bertahun-tahun mengabdi di salah satu sekolah negeri. Meskipun sudah mengabdi bertahun-tahun ternyata jerih payahnya tidak membuahkan hasil. Dan lebih miris lagi, penghasilan dari honorer itu jauh dari kebutuhan manusia yang sudah berkeluarga.
Sayangnya meskipun dalam lingkunugan yang terbatas dan mimpi untuk diangkat PNS juga tidak terkabul, ternyata sosok tersebut mengalami gangguan jiwa. Berkali-kali masuk rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pengobatan, nyatanya lagi-lagi kejiwaannya kembali tidak stabil lantaran obat yang habis.
Yang anehnya, sebelum mengalami gangguan jiwa, sosok tersebut sudah disarankan untuk keluar saja dari honorer lantaran gajinya yang kecil dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Disarankan untuk berpindah institusi dan atau membuat usaha swasta.Â
Ternyata saran ini tidak juga digubris. Hingga pada akhirnya sosok ini diketahui mengalami gangguan jiwa.
Padahal, jika sejak awal keluar dari institusi atau wilayah yang membuat tertekan dan mengganggu emosi, mungkin gangguan jiwa itu tidak terjadi.
Mau keluar dari zona sulit adalah upaya mengurangi beban penderitaan dan tekanan batin seseorang. Karena pada prinsipnya, di mana tempat berpijak, adakalanya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Maka untuk menghindari tekanan yang terlalu berat, maka sebaiknya keluarlah dari situ dan cari tempat yang lebih membahagiakan dan menjanjikan. Kecuali masih mampu bertahan meskipun dalam tekanan yang berat.
Semoga kita semua menjadi insan yang sehat jasmani dan rohani. aamiin
Salam
Metro, 10/10/2020
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H