Pada hakekatnya, banyak lembaga keuangan (bank) atau asuransi yang menggunakan dana investor untuk bisnis tertentu. Seperti developer yang menyediakan tanah serta gedung untuk dikomersilkan. Seperti di beberapa televisi swasta seringkali muncul iklan investasi yang ternyata nilainya sangat fantastis. Dengan presentasi sang sales, seolah-olah apa yang diprogramkan seratus persen berhasil. Nyatanya banyak pula yang justru menjadi korban.
Berinvestasi tanah, solusi investasi paling murah dan menguntungkan
Banyak investasi yang justru menggiring calon korbannya dengan retorika yang tidak masuk akal. Seperti misalnya bisnis dengan keuntungan lima puluh persen, tentu bisnis ini amat mencurigakan dan membahayakan.
Namun beda jika investasi tanah yang jelas kepemilikan, Sertifikat Hak Milik, badan usaha yang juga jelas dan kondisi daerah yang jika dilihat memiliki tingkat kemajuan yang pesat.
Jika awalnya membeli tanah seharga 50 juta misalnya, ternyata di tahun pertama sudah mengalami kenaikan seratus persen bahkan lebih. Namun tetap harus dipastikan status tanah tersebut resmi atau tidak, bersertifikat atau belum, ada konflik dengan lembaga keuangan apa tidak. Karena kalau status tanah saja sudah bermasalah, tentu esok hari akan muncul masalah yang lebih serius.
Investasi tanah memang menjanjikan, khususnya di daerah yang aman dan berpotensi untuk berkembang.
Kenapa? Karena masyarakat berkembang sangat dinamis. Penduduk semakin maju, pusat ekonomi juga berkembang pesat, dan keamanan yang terjamin. Baik keamanan dari kejahatan maupun risiko bencana merupakan faktor utama sebelum memutuskan melakukan investasi.
Jika daerah itu rawan rampok dan rawan banjir, maka berfikir dua kali untuk berinvestasi di daerah tersebut. Karena risikonya juga besar. Dan yang pasti otomatis nilai tanah juga tidak akan berkembang karena sepi peminat dan pertumbuhan penduduk juga lambat. Beda halnya di daerah yang aman, nilai tanah tidak berkurang bahkan naik secara signifikan.
Berfikir realistis dalam berinvestasi agar uang yang seharusnya bisa menguntungkan bukan sebaliknya malah mendapatkan kerugian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H