Masih beruntung jika sang anak mengalami kemajuan mental yang lebih terbuka dan dewasa, karena banyak pula enerasi muda yang terjebak pada aksi cengeng, mudah mengeluh dan tidak mampu menyelesaikan persoalan dirinya
Padahal semakin mereka bertumbuh maka semakin banyak pula persoalan yang muncul, dan semua itu tidak akan terbentuk secara instan, namun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang alamiah.
Jika anak menangis bukan karena sakit, biasanya karena ada permintaan yang belum dipenuhi, atau karena memendam rindu kepada sosok orang tua. Bahkan dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa keberadaan mental seseorang juga mempengaruhi kesehatan fisiknya. Begitu juga kondisi fisik tentu berpengaruh pada kondisi kejiwaannya.Â
Memenuhi keinginan anak bisa dilakukan asal ada batas kewajaran, dan tentu saja harus dibatasi sesuai dengan batas yang bisa ditolerir dan disesuaikan kemampuan anak dan orang tuanya.
Seorang anak yang selalu saja menangis karena menyimpan duka di dalam hatinya akan bisa mempengaruhi pertumbuhan kepribadiannya, dampaknya bisa pula mempengaruhi rasa percaya dirinya.Â
Memang sih tidak salah seorang anak menangis karena bisa mengobati luka dalam hatinya, namun luka itu tidak benar-benar sembuh tanpa dicarikan solusinya. Ketika mereka teringat lagi dengan apa yang ada dalam benaknya, maka mereka akan kembali menumpahkan air matanya, dan seterusnya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H