Di jaman modern saat ini, semua orang merasakan kemudahan di mana-mana. Melakukan aktivitas begitu padat namun tetap terbantu dengan berbagai layanan yang tidak perlu beranjak dari tempat duduknya. Menikmati kemudahan hanya memencet tombol keyboard laptop atau gadget, maka barang yang diinginkan akan ada di depan mata.Â
Tak hanya terkait benda berwujud, karena perkara ghaib saja bisa dilakukan transaksinya secara daring.
Media telekomunikasi internet memudahkan setiap orang mendapatkan apapun yang diinginkan hanya dengan melihat gambar dan bertransaksi secara mudah. Meskipun demikian, ternyata dengan kemudahan yang dirasakan tidak lantas membuat orang merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya.Â
Seperti yang kami alami, awalnya istri berniat membelikan saya pakaian secara online, baju couple yang isinya sepasang suami-istri. Melihat dari gambar dengan penampilan orang yang memakainya tentu akan terpana dan terpesona. Belum lagi bahasa yang digunakan dalam merayu pembeli sungguh bisa membius konsumennya.
Dengan kata-kata "beli nggak jeng, barangnya asli loh, bagus kog. Pokoknya saya jamin seratus persen si jeng akan puas." Atau dengan bahasa yang lebih dahsyat lagi, "Mbak adalah salah satu pembeli yang beruntung, karena minggu ini perusahaan ollshop kami memberikan bonus free ongkir dan harga didiskon 10%."
Tulisan atau kata-kata promosi tersebut semakin diperkuat dengan kata-kata manis yang isinya memuji seolah-olah konsumennya adalah orang yang sukses dan tepat sekali jika mau bertransaksi dengan mereka.Â
Dalam situasi serba membius angan-angan tersebut secara perlahan konsumen yang tadinya hanya ingin melihat kemudian secara cepat memesan barang yang diinginkan. Dan pihak penjual pun tetap memberikan pujian dan bahasa yang berbau garansi bahwa jika barang tidaksesuai maka uang aan dikembalikan secara utuh.
Dengan aneka cara agar konsumennya percaya, maka sang istripun terpikat dan dengan rasa percaya diapun memesan pakaian yang seperti ada dalam gambar. Saya pun di rumah menanti dengan rasa penasaran, apakah pakaian yang dipromosikan tersebut benar-benar menawan untuk dipandang dan dikenakan nanti. Maklum kan, sebentar lagi akan lebaran, maka pakaian adalah salah satu pernik yang melengkapi hari kemenangan tersebut.
Senang karena puasa Ramadhan bisa dilewati dengan penuh, dan senang lagi bisa berjumpa dengan karib kerabat dan handai taulan  dalam silaturrahmi. Namun ketika melihat barang yang dibeli, tiba-tiba saya jadi bad mood. Saya menduga istri pun sebenarnya ingin membelikan pakaian terbaik bagi suaminya, tapi tidak menyangka kalau justru apa yang diinginkan tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Istri membelikan saya pakaian, kalau melihat gambarnya sepertinya seksi dan bagus sekali kalau dikenakan. Eh, ternyata ketika barang sudah sampai di tangan, apa yang diperlihatkan di foto sama sekali jauh dari yang diharapkan. Boro-boro seksi dan menarik, melihat cara menjahitnya saja terlihat acak-acakan seperti penjahit amatir. Belum lagi ukurannya tidak persisi, antara badan dan lengan serta pergelangan tidak sesuai. Ketika dicoba dikenakanpun sudah pasti tidak nyaman dan terkesan tidak rapih. Ditambah lagi ada noda merah yang menempel di kain. Semakin memperburuk penampilan si pakaian. Akhirnya daripada kecewa, baju itupun saya simpan siapa tahu ada yang pas memakainya.
Kasus yang kami alami sebenarnya sudah banyak terjadi di jagat marketing secara online tersebut, namun beberapa orang tidak mendapatkan produknya karena produk yang dijual adalah zonk alias tidak ada atau pura-pura. Jadi tidak sedikit yang kecewa karena uangnya raib entah kemana. Di facebook banyak kita temukan group jual beli yang ternyata banyak memakan korban. Â
Dunia internet marketing penuh kemudahan tapi juga penuh risiko
Sampai sejauh ini perkembangan dunia bisnis mengalami perkembangan dan kemajuan, sampai-sampai pemerintah mencanangkan hari belanja online nasional (harbolnas). Yang tentu saja bermaksud ingin memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa saat bisnis digital semakin marak dan masyarakat kita tidak boleh ketinggalan jaman.
Pemerintah dengan begitu antusiasnya sampai-sampai memberikan apresiasi bagi perusahaan yang membuka bisnis secara online, dengan mengundangnya dalam acara-acara resmi pemerintah. Semua itu adalah komitmen pemerintah untuk meningkatkan peran masyarakat untuk membangun bisnis secara digital yang menggunakan internet marketing.Â
Program pemerintah yang mendorong bertumbuhnya dunia bisnis online tersebut tentu sangat baik untuk diapresiasi dan diikuti oleh produsen dan konsumennya. Penjual yang membuka lapaknya secara online semestinya juga profesional dan bertanggung jawab agar mendapatkan konsumen militan. Karena pada prinsipnya, sekali konsumen percaya maka selamanya mereka akan menjadi pelanggannya. Â Namun sebaliknya, jika sekali saja dibuat cedera rasa kepercayannya maka selamanya dia akan ditinggalkan.Â
Pembeli adalah raja dan selalu saja ingin uangnya tidak disalahgunakan oleh penjual abal-abal. Sudah berusaha membayar eh banyak yang ditipu. Awalnya ingin bergaya kekinian dan memang jaman sekarang serba mudah, tapi sayangnya karena kurangnya informasi maka acapkali konsumen menjadi korban penipuan dan dirugikan.
Dunia internet memang memudahkan segala macam transaksi, namun ada banyak kelemahannya dan bisa memicu penipuan yang merugikan konsumennya.
Maka ada baiknya, sebelum melakukan transaksi via online memahami hal-hal berikut ini:
1. Pastikan Lapak yang berjualan online jelas alamatnya dan kantornya
Satu hal yang tidak boleh diabaikan adalah apakah toko atau lapak yang hendak kita lakukan transaksi benar-benar jelas ada tempatnya, alamat dan kantornya serta memiliki badan hukum yang jelas. Karena jika lapak online tersebut jelas dimana keberadaannya, maka akan sulit juga melakukan penipuan.Â
Bagaimana mau menipu jika kantornya saja sudah diketahui keberadaannya. Dan barang-barang yang dijual memang sudah tersedia. Atau paling tidak jelas keberadaannya jika hendak melakukan komplain.Â
Namun demikian, kadang sejelas-jelasnya tempat jika transaksinya besar, pemilik lapak bisa saja kabur entah kemana dan meninggalkan kantor dimana mereka bekerja. Karena rata-rata pengusaha online pemula kantornya juga nyewa atau ngontrak.Â
Berbeda dengan lapak yang memang sudah memiliki pelanggang yang banyak dan tidak ada satupun komplain kepada perusahaan tentu ini menjadi satu rujukan mengapa kita mau melakukan transaksi secara online.
2. Memiliki pelanggan yang banyak
Salah satu indikator bahwa lapak online tersebut bisa dipercaya adalah mereka mempunyai pelanggan yang loyal.Pelanggan yang loyal tersebut sudah merasakan manfaat karena barang yang dibeli dan yang sampai ke tangan sesuai dengan pesanan.Â
Di samping itu biasanya pelanggan yang puas, mereka akan memberitahukan pengalamannya kepada orang lain karena merasa nyaman dan tidak pernah dirugikan. Produknya jelas seperti yang ada di gambar, jika memang diskon, diskonpun diberikan dan jika ada bonus maka bonuspun bisa dicairkan.
3. Item yang ditawarkan juga beragam
Bagi perusahaan yang sudah bonafied, biasanya mereka memasarkan produk lebih beragam, dan produk-produk itu memang tersedia jika pembelinya sudah tertarik dan ingin memesan. Sebaliknya jika para pedagang online tersebut abal-abal atau minim product, biasanya barangnya pun terbatas. Hal ini bisa diketahui jika hendak dipesan selalu alasannya stok habis. Padahal tidak ada pembeli yang mau balik lagi melihat dagangannya yang dipajang jika ternyata produknya tidak ada, kan? Atau pedagang online tersebut hanya bermodalkan foto yang diambil dari internet atau di pasar misalnya, sambil mereka betransaksi dengan pihak pedagang si penjual online berusaha memasarkan di atas harga pasaran. Mereka ingin mendapatkan keuntungan dari selisih harga.
Penjual model ini tentu tidak bisa dipercaya, melainkan jika memang si penjual dengan pembelinya sudah saling mengenal, maka untuk melakukan transaksi tidak menjadi persoalan.
4. Situs penjualannya juga jelas
Pernah suatu ketika saya hampir membeli sebuah laptop, awalnya saya menanyakan barang yang dipajang di situs tersebut. Saya menelpon penjualnya dan ingin memastikan apakah barangnya ada.
Karena saya tidak mau rugi, maka saya ingin melihat secara langsung barang tersebut karena memang alamat yang ditunjukkan berada di Lampung juga. Usut-punya usut ketika saya semakin tertarik ingin memesan, eh ternyata produk yang saya inginkan katanya ada di Surabaya, padahal lokasi barang alamatnya di Lampung.
Bayangkan jika saya langsung tertarik dan membelinya, maka sudah dapat dipastikan uang saya melayang entah kemana. Adapula kasus penipuan belanja online via facebook dimana seorang penjual menawarkan ponsel dengan spesifikasi tertentu. Ternyata setelah uang dikirim, pihak penjual tidak bisa dihubungi. Dan ketika hendak dilaporkan diduga alamat dan ktp yang dilampirkan adalah palsu.
5. Pastikan Produk yang dijual harganya tidak terlalu murah (banting harga)
Apa yang ada dipikiran kita ketika membeli barang yang katanya bagus tapi dihargai murah meriah? Bagi yang awam tentu senang sekali bukan? Yap, tapi bagi yang mengerti bahwa barang itu harus ya mahal maka sudah bisa dicurigai dan dipastikan barang itu KW-13 atau palsu.
Jangankan yang dijual terlampau murah, barang yang dijual tinggi saja kadang masih diketemukan palsu. Dan apabila sudah kadung bertransaksi dengan penjual online yang tidak jelas ini maka alamat uang yang ditransfer akan raib entah kemana. Jika barangnya dikirimkan ke pembeli, biasanya juga tidak memiliki garansi dan biasanya adalah barang rekondisi atau hasil kanibal seperti pada penjualan ponsel misalnya..
6. Usahakan bisa membeli dengan transaksi dilakukan jika barang sudah ada di tangan
Ada beberapa situs jual beli online yang sengaja memberikan kemudahan pada pembelinya. Mereka mau dipesan dan mengantarkan barang ke pembeli tanpa membayar terlebih dahulu. Proses pembayaran jika barang sudah sampai di tempat. Saya kira tipe bisnis ini lebih aman bagi konsumen karena konsumen bisa mengetahui secara langsung barang yang sudah dipesan. Jika barangnya tidak sesuai dengan pesanan pembeli pun berhak membatalkan transaksi.
Beberapa hal tersebut merupakan salah satu cara agar proses transaksi kita secara online tidak berujung kerugian. Kita yang seharusnya mendapatkan barang yang diinginkan semestinya juga mendapatkan hak-haknya. Tapi dalam dunia internet banyak sekali modus yang sengaja ingin merugikan orang lain. Mereka mudah sekali menipu karena yakin banyak yang bisa ditipu dan keberadaannya sulit dilacak.Â
Maka ada baiknya selalu berhati-hati dalam melakukan transaksi agar kita tidak menjadi korban ulah curang  dari pihak yang hendak menipu.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H