Mulai hari ini, Kamis, 17 Mei 2018, kami sudah mulai melaksanakan puasa. Pelaksanaan puasa ini didasarkan oleh hasil sidang itsbat dan diumumkan secara terbuka oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.Â
Setelah pengumuman yang cukup memancing perhatian umat Islam di Indonesia ini, maka aktivitas yang berkaitan Ramadhan pun dimulai. Seperti tadi malam kami sudah melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah. Shalat kami dilaksanakan di sebuah mushola kecil. Kebetulan kami memulai debut Ramadhan pertama kali di rumah mertua. Jadi secara otomatis kami pun melaksanakan ibadah di sana. Â
Bangga rasanya meskipun di televisi dipenuhi acara hiburan, ternyata jamaah bisa membludak. Para bapak, ibu dan anak-anak turut serta memenuhi setiap jengkal mushola untuk melaksanakan ibadah yang mulia tersebut.
Selain melaksanakan shalat tarawih dan witir, para jamaah mendapatkan bingkisan nasi berkat sebagai pembuka bulan yang penuh rahmat dan ampunan tersebut. Kegiatan ini murni tradisi, namun syarat akan makna yaitu menjadikan setiap momen untuk selalu berbagi apalagi menjelang bulan suci Ramadhan tiba kemudian dilanjutkan dengan tadarus Al Qur'an.Â
Selain itu, kami pun sudah menikmati santap saur. Saur pertama yang menjadi sumber energi agar puasa kami bisa dilaksanakan dengan sukses tanpa halangan suatu apapun. Selain bisa menikmati santap saurnya, kamipun bisa mendapatkan pahala sunnahnya.
Meskipun dari segi makna takjil diartikan sebagai menyegerakan berbuka namun pada prinsipnya adalah sebuah aktivitas untuk berbuka puasa. Berbuka puasa yang dianjurkan segera dilakukan tentu paling mudah dengan makanan yang ringan. Seperti kolak, , kurma, sirup dan makanan ringan yang lain merupakan hidangan berbuka yang paling mudah di temukan. Dengan harga yang terjangkau masyarakat bisa segera menunaikan kewajiban utuk berbuka puasa jika waktunya telah tiba.
Seperti biasa, ketika bulan Ramadhan tiba, masyarakat sangat antusias menjajakan makanan untuk berbuka. Baik berupa minuman atau makanan yang manis-manis seperti kolak, dawet, sirup, es degang, sirup dan lain sebagainya.Â
Selain makanan atau minuman yang manis-manis tentu masyarakat pun dimanjakan dengan makanan ala wong ndeso yaitu jajanan pasar. Makanan yang hakekatnya merupakan hasil karya anak negeri ini pun tidak pernah luput menghiasi meja-meja dagangan para pedagangan jajanan pasar tersebut.
Memilih makanan yang disunnahkan sebelum menikmati makanan "besar" ketika berbuka
Salah satu pilihan makanan dalam berbuka baik dalam satu keluarga maupun di dalam jamaah yang melakukan buka puasa bersama adalah melengkapi dengan jajanan pasar. Meskipun makanan yang paling inti adalah yang manis-manis seperti apa yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW yaitu kurma, ternyata di Indonesia karena kurma masih dianggap mewah dan mahal maka kurma biasanya diganti dengan kolak. Pada prisipnya sama yaitu segera berbuka puasa dengan sesuatu yang manis agar kondisi fisik kembali menjadi fit.
Setelah menikmati makanan pembuka tersebut umat muslim pun segera melaksanakan shalat maghrib secara berjamaah atau sendirian. Ada yang menikmati makan besar yang mengenyangkan dulu, kemudian melaksanakan shalat isya dan shalat sunnah tarawih, dan witir. Â
Tapi ada pula yang menunggu untuk menjalankan shalat isyah, tarawih dan witir dan kemudian meneruskan makan besarnya.
Namun demikian, meskipun berbuka puasa itu disunnahkan segera dilakukan, akan tetapi membatasi untuk tidak berlebihan pun sangat dianjurkan. Alasannya dalam kondisi yang baru saja sehari penuh menikmati puasa, kondisi lambung tentu akan bereaksi berlebihan jika makanan yang dikonsumsi terlalu berlebihan.Â
Semua kondisional namun jika mengikuti Sunnah Nabi adalah menikmati tiga butir  kurma dan segelas susu atau air putih sudah cukup untuk menggantikan energi yang sempat terkuras ketika menjalankan ibadah puasa.
Selain memilih kurma sebagai hidangan sunnah tadi ternyata jajanan pasar menjadi alternatif hidangan berbuka puasa. Semua dilakukan karena jajanan pasar termasuk dalam makanan yang mudah ditemukan dan harganya pun murah. Kisaran 500 sd. 1000 rupiah perbiji makanan tersebut bisa dibawa pulang.
Makanan yang hakekatnya hasil olahan masyarakat kecil tentu ada baiknya turut menjadi menu wajib dalam berbuka. Karena dengan kita membelinya kita pun membantu masyarakat ini menikmati keuntungan yang biasanya dipergunakan untuk menghadapi lebaran.
Berburu takjil yang hakekatnya untuk digunakan berbuka puasa yang tentu saja berpahala ditambah lagi dengan kita membeli makanan yang asli Indoesia tersebut sebagai langkah menjaga warisan tradisi masyarakat kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI