Selain itu mereka juga digembleng menjadi santri yang sederhana (wara) dan ikhlas dan sabar, meskipun makan dengan seadanya dan tidur hanya beralaskan karpet (saya dulu) hingga mandi harus di satu kolam karena santri lain juga harus ngantri. Dan menariknya, seberapa kayanya santri jika berhadapan orang orang yang lebih tua mereka diwajibkan sopan santun. Mengucapkan salam jika bertemu dan mencium tangan sang ustad atau kyai. Dan yang pasti para santri harus menjunjung harga diri pesantren ketika nanti bergaul di tengah masyarakatnya.
Ketika sekolah pada umumnya seringkali menjejali dengan pendidikan intelektual semata, maka pada para santri kedua-duanya pun dipupuk sehingga seimbang. Belum ada sejarah yang menyebutkan para santri terlibat tawuran dengan santri lain. Dan menurut saya belum ada santri yang melawan dan mengutuki guru-gurunya dengan kata-kata yang kotor dan menyakitkan, lantaran mereka senantiasa digembleng dengan keteladanan dan budi pekerti yang mulia.Â
Menjadi santri adalah kebanggaan, meskipun dalam menempuh pendidikannya harus dilalui dengan jalan yang berliku dan berat, kehidupan para santri semestinya menjadi contoh siswa-siswi lain yang menggali ilmu di pendidikan formal lainnya. Bagaimana mereka dilatih kesabaran, keuletan dan kegigihan dalam menyelesaikan setiap tahap pendidikannya. Melengkapi dengan ilmu dunia dan akhirat secara seimbang.
Namun demikian, melihat perkembangan masyarakat Indonesia saat ini, sebagai lembaga pendidikan yang saat ini memiliki Hari Santri Nasional tersebut, menjadi lembaga dan lulusan yang menengahi setiap konflik di masyarakat adalah kebutuhan dan tuntutan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H