Negara mengalami konflik horizontal secara massif. Finalnya tentu bangsa tersebut  berada pada situasi lemah.Â
Belum lagi generasi muda seperti mencari-cari pengetahuan yang  salah dan justru menyesatkannya. Orang tua yang begitu sibuk, menjadi salah satu penyebab mengapa generasi muda banyak yang salah arah dan mendukung aksi terorisme.  Mereka bergaul dan mendapatkan ajaran yang justru mencuci otaknya (brain washing), hingga menjadi generasi yang keluar dari norma-norma yang benar.
Seperti membentuk geng motor, kelompok-kelompok peminum miras oplosan, pergauan bebas dan juga mengikuti ajaran yang radikal yang justru mau mengorbankan nyawanya hanya demi tujuan yang tidak jelas dasarnya.Â
Aksi terorisme muncul karena para generasi muda telah salah dalam memilih jalan hidup. Mereka menyebarkan rasa takut dan tega membunuh orang lain yang mereka sendiri tidak menyadari sepenuhnya apa yang telah mereka  lakukan.Â
Melakukan Pencegahan Terorisme dari dalam Rumah
Dengan melihat fenomena yang mengerikan tersebut apakah hanya bisa mengutuk tanpa merefleksi dan mengevaluasi apakah pendidikannya di rumah benar apa tidak? Toh, pondasi utama pendidikan yang paling kuat sebenarnya adalah di dalam keluarga. Keluarga adalah rumah yang melahirkan generasi-generasi yang baik atau sebaliknya.
Mendidik dengan karakter yang baik atau justru merusak kepribadian anak dengan ideologi dan pengetahuan yang keliru. Karena disadari ataupun tidak, tetap pada keluargalah yang menjadi ujung tombak pendidikan generasi muda yang akan melahirkan masyarakat berbudi luhur.
Ketika pondasi pendidikan budi pekerti di dalam rumah sudah baik, kemudian mencari lembaga pendidikan yang benar-benar mendidik mereka dengan kesadaran akan kemanusiaan. Mengajarkan mereka akan nilai-nilai agama yang hakiki dan nilai Pancasila sebagai dasar dalam bernegara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sungguh benar apa yang dikatakan Anies Baswedan bahwa "Lamanya jam sekolah tidak menjamin keberhasilan pendidikan karakter pada anak. Karakter anak terbentuk dari proses pembiasaan yang ditanamkan sejak dini dan konsisten di sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat."(Kompas.com, 25/8/2016)
Oleh karena, hanyalah keterlibatan sekolah, keluarga dan masyarakatlah yang mampu melindungi anak-anak kita dari pengaruh ideologi keliru ala terorisme  yang justru merusak generasi muda.Â
Kenalkan mereka pada kehidupan bersama meskipun dalam perbedaan. Tidak mengasingkan mereka dari masyarakat pada umumnya, meskipun taraf ekonomi, etnis, agama dan asal usul yang berbeda, agar rasa memiliki dan mencintai sesama terbentuk dan bertumbuh secara alamiah.