Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menatap Senyum Pebisnis Ayam Broiler

20 April 2018   10:47 Diperbarui: 21 April 2018   15:19 3940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbisnis ayam broiler sangat menguntungkan

Seperti halnya berbisnis lain, berbisnis ayam broiler termasuk ladang usaha yang menguntungkan. Karena di satu sisi harganya selalu standar, juga disesuaikan dengan kondisi permintaan. Persis yang dialami penjual ayam broiler yang saya kunjungi. 

Tidak perlu kelur rumah, tinggal menunggu pembeli datang atau dipesan lewat ponsel asal sudah kenal dan harganya sesuai kesepakatan maka deal pun terjadi.

Menariknya, asas demand yang biasanya terjadi dalam bisnis, ternyata untuk jual beli ayam pedaging ini juga berlaku. Kalau lagi musim permintaannya tinggi, maka daging ayam pun bisa meroket. 

Meskipun pemerintah melalui kementerian perdagangan mematok harga sebesar 17.500 s.d 19.000 perkilogram (kompas.com, 19/1/2018). Pemerintah memberikan batasan harga, tapi di tingkat broker dan pengecer juga bisa naik. Karena pengalaman saya dan istri kalau membeli daging di pemotong dengan di pasar bisa selisih 2.000 - 3.000 rupiah.

Penjualan ayam pun cukup bervariasi, ada yang ayam utuh dan adapula yang dijual sudah dipotong sesuai dengan pesanan masyarakat umum atau pengelola usaha fried chicken (ayam goreng)  yang juga banyak tersebar hingga di sudut kampung.

Bisnis ayam memang menguntungkan namun memiliki risiko yang tinggi. Di antaranya ketika stok ayam yang seharusnya bisa dipanen 30-35 hari dengan bobot hidup 1,5 - 2 kg (infomedion.co.id) - meskipun ada yang berpendapat ketentuan panen berbeda namun standar rata-rata umur relatif sama. Sehingg mau tidak mau penjualan tidak melebihi umur dan bobot yang ditentukan. 

Penentuan umur dan bobot tersebut disebabkan disesuikan dengan kebutuhan pasar dan penghitungan modal yang dikeluarkan. Misalnya jika ayam itu ketika dijual sesuai dengan bobot dan umur yang sesuai maka keuntungan bisa stabil. Tapi jika ternyata berat dan umur lebih panjang maka penjual mesti mempertimbangkan risiko pakan dan kemungkinan penyakit lainnya.

Yang pasti bisnis ayam potong (broiler) sampai sekarang masih menjadi primadona dibandingkan dengan daging kambing atau sapi yang harganya relatif lebih mahal di pasaran.

Salam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun