Berbisnis ayam broiler sangat menguntungkan
Seperti halnya berbisnis lain, berbisnis ayam broiler termasuk ladang usaha yang menguntungkan. Karena di satu sisi harganya selalu standar, juga disesuaikan dengan kondisi permintaan. Persis yang dialami penjual ayam broiler yang saya kunjungi.Â
Tidak perlu kelur rumah, tinggal menunggu pembeli datang atau dipesan lewat ponsel asal sudah kenal dan harganya sesuai kesepakatan maka deal pun terjadi.
Menariknya, asas demand yang biasanya terjadi dalam bisnis, ternyata untuk jual beli ayam pedaging ini juga berlaku. Kalau lagi musim permintaannya tinggi, maka daging ayam pun bisa meroket.Â
Meskipun pemerintah melalui kementerian perdagangan mematok harga sebesar 17.500 s.d 19.000 perkilogram (kompas.com, 19/1/2018). Pemerintah memberikan batasan harga, tapi di tingkat broker dan pengecer juga bisa naik. Karena pengalaman saya dan istri kalau membeli daging di pemotong dengan di pasar bisa selisih 2.000 - 3.000 rupiah.
Penjualan ayam pun cukup bervariasi, ada yang ayam utuh dan adapula yang dijual sudah dipotong sesuai dengan pesanan masyarakat umum atau pengelola usaha fried chicken (ayam goreng) Â yang juga banyak tersebar hingga di sudut kampung.
Bisnis ayam memang menguntungkan namun memiliki risiko yang tinggi. Di antaranya ketika stok ayam yang seharusnya bisa dipanen 30-35 hari dengan bobot hidup 1,5 - 2 kg (infomedion.co.id) - meskipun ada yang berpendapat ketentuan panen berbeda namun standar rata-rata umur relatif sama. Sehingg mau tidak mau penjualan tidak melebihi umur dan bobot yang ditentukan.Â
Penentuan umur dan bobot tersebut disebabkan disesuikan dengan kebutuhan pasar dan penghitungan modal yang dikeluarkan. Misalnya jika ayam itu ketika dijual sesuai dengan bobot dan umur yang sesuai maka keuntungan bisa stabil. Tapi jika ternyata berat dan umur lebih panjang maka penjual mesti mempertimbangkan risiko pakan dan kemungkinan penyakit lainnya.
Yang pasti bisnis ayam potong (broiler) sampai sekarang masih menjadi primadona dibandingkan dengan daging kambing atau sapi yang harganya relatif lebih mahal di pasaran.
SalamÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H