Judulnya seolah-olah mendukung orang "besar" ya? Atau dikira menjadi timses yang bersiap-siap mengambil peran dalam politik praktis?Â
Nggak, suer sama sekali nggak.Â
Nggak percaya? Tanya pada hati Anda, apakah orang desa ini bisa menjadi pendukung atau menyukseskan sebuah percaturan politik di negeri ini.Â
Belum lagi aturannya jelas, semua abdi negara tidak boleh berpolitik praktis. Meskipun ada yang bermain kucing-kucingan dan berlomba-lomba mencari dukungan agar jabatannya semakin melambung. Siapa dia?Â
Tulisan ini hanyalah ungkapan keprihatinan lantaran terlalu banyak orang yang berani meremehkan orang lain. Entah Pak Prabowo sendiri atau mungkin Pak Jokowi. Atau tokoh-tokoh lain yang seperti menunjukkan permusuhan di atas gelanggang.Â
Saya kurang mengerti, Â apakah permusuhan tersebut benar-benar permusuhan demi kepentingan negara atau kepentingan pribadi. Padahal sejelek-jelek petinju di gelanggang mereka tetap sportif dan mau berpelukan lagi meskipun telah kalah.
Seperti beberapa waktu lalu Pak Prabowo menyebutkan bahwa Indonesia "bisa" bubar di tahun 2030, hingga memunculkan meme-meme dan pernyataan nyinyir dari orang yang berseberangan dengan beliau.Â
Baik meme yang membandingkan dengan presiden negara sebelah sono, dan pernyataan yang mengatakan pak Prabowo adalah orang yang pesimistis.Â
Padahal kalau beliau pesimistis, tentu hari ini akan berhenti dari panggung politik dan berubah menjadi petani. Meninggalkan semua kegiatannya yang berkaitan keduniaan dan memperbanyak zikir demi menghapus dosa-dosa misalnya. Tapi faktanya beliau masih didaulat menjadi calon presiden dari partai yang mengusungnya.Â
Yang namanya panggung politik semua mengalir sesuai usaha untuk memenangkan kontestasi politik. Meskipun awalnya mungkin tidak dianggap mumpuni, eh ternyata malah banyak yang tersihir dan memilih. Meskipun boleh jadi waktu memilih sambil mengingat-ingat sembako yang sudah diberikan. #eh
Begitu pula kepada Pak Jokowi, sebagai tokoh tertinggi di negeri ini tentulah mengetahui bahwa dalam politik kawan bisa jadi lawan dan sebaliknya. Yang ada adalah kepentingan. Jika dalam situasi yang menguntungkan banyak yang terlihat begitu mesra. Setiap hari menyebarkan dukungan hingga lupa istri dengan tetangga. Namun jika sudah dianggap tidak menguntungkan maka semua ditinggalkan. Ingat, politik itu adalah kepentingan.