Saya mungkin cukup subyektif dengan penilaian ini, tapi untuk tindakan perusakan tetaplah tidak pantas dilakukan, seperti halnya emosi warga Papua dengan membakar masjid ketika takbiran dikumandangkan.
Jika kita semua ingin kehidupan yang damai, tak perlulah saling mengusik ketenangan dalam beribadah. Biarkan kami semua beribadah sebagaimana Anda bebas beribadah di negeri ini. Anda adalah tamu, meskipun Anda saat ini menjadi salah satu keluarga kami tapi hendaklah Anda menghargai tuan rumah yang ramah ini. Dan kami menerima Anda dengan lapang dada, maka sebaiknya kebaikan kami ini kalian balas dengan saling mengerti, bukan justru mencari masalah baru.
Selain itu bukankah semua orang ingin kehidupannya nyaman, semua ingin ibadahnya tidak dibatasi dengan dalih yang terkesan dibuat-buat. Sama seperti Anda pun menolak ketika suara kentongan itu tidak disuarakan, atau acara Imlek tanpa suara tetabuhan dan barongsai yang memekakkan telinga. Dan bersyukurlah sejak pemerintahan Gusdur, semua agama diberikan kebebasan termasuk diakuinya agama Konghucu sebagai salah satu agama di Indonesia.
Yang pasti, untuk mengurangi pembicaraan yang kurang perlu, maka saya batasi di sini, bahwa agar kehidupan kita tenang semestinya bukan dengan mengusik agama lain dalam beribadah, tapi cukuplah tenangkan pikiran dan hati masing-masing pemeluk agama agar tercipta kehidupan yang harmonis dan terjalin semangat toleransi, tepo seliro atau tenggang rasa antar sesama pemeluk agama maupun berbeda agama dalam bingkai NKRI.
#Salam damai
#Damai itu indah
Rujukan
20 Masjid dan Mushala di Perancis Ditutup
Ini Kronologi Pembakaran Vihara dan 4 Kelenteng di Tanjung Balai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H