Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setuju, Jika Game Brutal diblokir

3 Mei 2016   02:39 Diperbarui: 15 Mei 2016   16:59 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus terang sejak saya membaca artikel tentang peretasan situs KPAI karena ulah hacker saya jadi tertarik untuk membuat tulisan ini. Tulisan ini bukan karena saya benci kepada para pembuat game atau para maniak game, karena apalah saya ini yang orang kampung yang kurang bisa main game sampai jadi pemenang dan berhadiah milyaran rupiah (apa?). Jadi kepentingan tulisan ini bukan bersifat tendensius menyerang pembuat dan penyuka game, tapi sekedar sharing betapa kehidupan anak-anak sekarang banyak yang sudah terkontaminasi oleh aktivitas bermain game tersebut.

Saya sebagai guru sekaligus orang tua dari anak-anak yang sedang bertumbuh, jujur masih suka menengok game yang ada di internet, saya tidak tertarik dengan yang berbau PS-an karena memang membeli game jenis itu butuh duit yang banyak hingga jutaan rupiah, makanya saya tidak menyediakan game itu dalam kehidupan anak-anak saya. 

Selain karena ketiadaan materi untuk menyediakan game, karena saya lebih suka memberikan buku-buku cerita bagi anak-anak saya. Karena menurut saya, dengan buku-buku cerita yang bermanfaat ternyata memberikan efek yang cukup positif bagi prilaku dan pemikiran anak-anak, karena memang buku-buku tersebut memuat unsur edukasi yang berkaitan dengan akhlak yang baik kepada sesama manusia. Meskipun ada yang mengandung cerita sejarah, tapi yang tertuang di dalamnya amat dibutuhkan bagi anak-anak. Khususnya anak saya sendiri.

Mohon maaf sebelumnya kepada sekelompok hacker yang dituduh Meretas situs KPAI setelah lembaga perlindungan bagi anak-anak Indonesia ini menginginkan game-game kekerasan di dunia maya dihapuskan dari peredaran. Karena memang saya merasa perlu membuat "pernyataan" atau bahkan "petisi" bahwa game-game kekerasan memang tak semestinya diproduksi bagi anak-anak. Dan kebetulan game-game tersebut tidak bisa difilter penggunaannya bagi pengguna belia, maka secara otomatis keberadaannya sudah sangat berbahaya. Sama bahayanya dengan situs-situs dewasa yang menyuguhkan tontonan yang tidak mendidik.

Saya menulis ini boleh jadi mengundang emosi dan nyinyir para pembuat dan penyuka game, lantaran mereka sudah sangat menyukai dan rela menghabiskan waktu serta uang yang tidak sedikit demi permainan tersebut. 

Tidak salah dengan kesenangan akan game, dan tidak salah mereka menggunakan uang untuk bermain game, karena bukan wilayah saya memprotes apa yang berkaitan dengan hak individu. Tapi yang menjadi fokus di sini bahwa ada banyak generasi muda yang menadi korban karena beberapa game tersebut justru mengundang aksi kekerasan dan brutal. 

Sebut saja contoh dari deretan nama-nama game yang dinyatakan harus diblokir adalah Mortal Kombat. Sejak saya mengenal game tersebut saya sudah mencobanya, dan saya melihat ada aksi kekerasan dan brutal yang dicontohkan dalam game tersebut. Bagaimana seseorang berkelahi tanpa memakai etika kemanusiaan, mereka membunuh lawan tandingnya dengan kekejian, salah satunya dengan "maaf" memotong kepala lawannya yang kalah berduel.

Ada juga game Point blank, saya pernah juga mencoba game tersebut yang ujung-ujungnya adalah aksi penembakan oleh seorang penyusup atau seseorang yang bersenjata dengan mengorbankan para prajurit di suatu tempat. Saya baru beberapa kali mencoba, dan saya melihat kekerasan di sana sudah merasa tidak layak untuk memainkannya.

Dari contoh game-game brutal tersebut semenjak saya memainkannya ada suatu efek tersendiri dalam otak dan kepribadian saya, padahal saya sendiri sudah dewasa sewaktu mengenal game itu. Seperti misalnya saya tiba-tiba berekspresi marah apabila saya ternyata aktor duel dalam game tersebut mengalami kekalahan, tiba-tiba orang-orang yang tidak bersalah menjadi korban amarah saya. Itu terjadi setelah saya memainkan game itu. 

Beruntung aksi pembunuhan secara sadis di game itu, tidak berujung pada aksi sadistis di dunia nyata, karena aktifitas itu langsung saya hentikan dan setelah merasakan efek negatif itu saya sudah tidak lagi memainkannya.

Diri saya merespon permainan itu dengan sangat cepat, maka saya pun segera meninggalkan aktivitas itu meski saya tidak menghapuskannya dari PC saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun