"Kemarin psikolog itu nyuruh kita daftarkan Ina di SLB. Ah saya malu kalau Ina besekolah di sana." Cecar mbak Yani sambil mengingat pesan psikolog terkait sekolah bagi anak2 ABK.
"Ah, Ayah juga malu. Kan kita bisa coba daftarkan Ina ke SD saja. Siapa tahu ada peningkatan." Mereka berusaha meyakinkan bahwa anaknya sama dengan anak lain.
"Ya sudah, coba kita daftarkan dulu ke SD, ya Mah?
Suaminya mengalau kesedihannya sambil megang bahunya yang lemah.
"Iya." Jawab mbak Yani lirih.
Terlihat sekali sang istri begitu lelah. Meskipun kesedihan masih nampah di wajah, suami berusaha menenangkan sang istri sembari memeluknya dengan erat.
Di tempat lain nampak Ina tengah asyik bermain-main dengan bonekanya. boneka usang yang diperoleh dari pamannya.
Mereka beranjak dari tempat duduknya, keduanya bergegas keluar rumah, dilihatnya aneka barang berantakan sekali. Nampak sepatu dan sandalnya juga berantakan. Tak ada yang rapih di rumah itu. Semua acak-acakan.
"Mah, sepatu ayah mana?" Suaminya berkeliling-keliling mencari-cari sepatu. Biasanya terletak di rak sepatu bersama sandal lain.Â
"Nggak di situ, Pah?" Mbak Yani menanyakan keberadaan sepatu yang biasanya di rak sepatu.
Sang suami menjawab: "Nggak ada tuh. Kemana ya, kog lenyap begini?