Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Awas! Kejahatan Seksual Bisa Menimpa Anak Berkebutuhan Khusus

4 Maret 2016   19:53 Diperbarui: 26 Maret 2016   08:57 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah tindakan yang mengerikan dilakukan oleh orang-orang terdekat. Bisa guru, penjaga, atau justru kepala sekolah sendiri tega melakukannya. Dan bukan saja akibat korban perkosaan, karena akhir-akhir ini anak-anak berkebutuhan khusus menjalin pergaulan yang sungguh mengkhawatirkan.  

Sebuah potret buram dunia pendidikan yang acapkali kita abaikan. Kejahatan tidak hanya terjadi pada anak-anak normal saja, karena akhir-akhir ini ternyata menghinggapi anak-anak berkebutuhan khusus ini. 

Apakah sekolah tidak mengawasi siswa-siswanya? Jawabannya tidak ada sekolah yang membiarkan para siswanya menjadi korban atau justru sebagai subjek kejahatan ini. Lantaran semua sekolah memiliki aturan atau kode etik yang selalu saja dipegang dan dilaksanakan. Nah, jika ternyata siswa-siswi ABK ini menjadi korban atau justru pelakunya, tentu karena setiap anak manusia dibekali nafsu, jika nafsu keji sudah menghinggapi dan kontrol diri tidak ada lagi maka sudah dapat dipastikan kejahatan seksual akan terjadi. Apalagi jika orang tua justru membiarkan anaknya terlalu bebas dalam pergaulan, maka otomatis kejahatan seksual atau pelanggaran norma semakin besar kemungkinan terjadi.

Ketika Kejahatan Seksual Mengimbas Anak-anak ABK

Kembali pada topik pembicaraan, mengapa akhir-akhir ini anak-anak ABK banyak yg menjadi korban, atau justru menjadi pelakunya? Suatu hal yang patut dicermati.

Pertama, anak-anak ABK hakekatnya secara kematangan seksual memiliki kesamaan dengan anak-anak normal lainnya. Yakni mereka juga bisa mengalami perubahan secara fisik dan psikis, meskipun perubahan itu agak terlambat, khususnya bagi anak-anak tuna grahita. Sedangkan anak-anak tuna rungu wicara, relatif sama dengan anak-anak pada umumnya. Kekurangan mereka hanya pada organ pendengaran dan pengucapan saja.

Kecenderungan menyukai lawan jenisnya pun sama tidak ada bedannya. Yang membedakan adalah tingkat kematangan berpikir atau psikis yang jauh dari anak-anak pada umumnya.

Eksesnya, tak mengherankan jika mereka juga terlibat asmara. Kadang guru sendiri kurang bisa mengerti komunikasi yang sangat rahasia ini. Melihat anak normal saja sulit terdeteksi apalagi ABK yang model komunikasinya dengan bahasa isyarat misalnya. Seperti yang saya amati, di antara mereka yang pubertas atau ABG ternyata juga sudah mulai tertarik dengan lawan jenis. Bahkan saya seringkali memanggil dan memberikan bimbingan kesusilaan kepada  siswa-siswa saya jika kedapatan berpacaran di sekolah. Tak kurang pula melibatkan orang tua.

Sayang sekali, di antara anak-anak yang mengalami perkembangan seksualitas ini orang tua kurang mawas diri, meskipun di antara mereka ada juga yang guru, atau pejabat dinas misalnya, mereka kurang begitu merespons setiap perkembangan fisik dan psikis anaknya. Ditambah lagi masih sedikitnya komunikasi dengan guru-gurunya. Tentu persoalan yang menimpa sang anak akan sulit terdeteksi.

Melihat hal ini tentu menjadi sulit bagi sekolah untuk melakukan pembinaan. Belum lagi jika ternyata orang tua yang angkuh dengan berkacak pinggang tidak menerima tuduhan bahwa anaknya telah melakukan pelanggaran. Sungguh kondisi yang memprihatinkan.

Kedua, media komunikasi, seperti HP (ponsel) atau Laptop (internet) tidak begitu diawasi oleh orang tuanya, dengan alasan anak-anak ABK sebagai sosok yang tidak mengerti akan teknologi. Padahal kenyataannya media komunikasi modern ini sudah mereka kuasai. Maka tak ayal, beberapa anak ABK seringkali menonton tontonan yang belum layak ditonton. Mereka begitu mudahnya mendapatkan fasilitas HP (ponsel) yang super komplit tapi tak pernah memeriksa apakah terdapat tontonan yang tidak layak bagi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun