Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Guru "Nekat" Sudah Biasa?

3 Maret 2016   23:54 Diperbarui: 9 Maret 2016   06:23 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Telaten (tekun)

Kata orang kejeniusan seseorang memang diperlukan dalam pekerjaan, namun kejeniusan tanpa ketekunan tidak akan berbuah apa-apa. Coba lihat Albert Einstein yang katanya murid yang tak bisa diajar gurunya, ternyata justru karena ketelatenan ibunya sendiri sosok yang dianggap aneh itu menjadi sosok terkenal karena kecerdasannya. Teori relativitas menjadi pungkasan usaha dan ketelatenan dalam menggali ilmu.

Jenius memang penting, tapi lebih penting adalah telaten. Kalau Anda merasa jenius dan menganggap mampu mendidik anak2 istimewa, maka patut diacungi jempol, tapi kalau belum membuktikan dengan ketelatenan dan usaha yg maksimal, maka belum bisa dibuktikan. Boleh jadi, untuk mengajarkan membaca, membutuhkan beraneka cara agar anak ini bisa membaca, apalagi belajar matematika, tentu tak mudah melakukannya.

Saya salut dgn guru-guru yang bisa telaten dalam mendidik anak-anak istimewa ini, karena berkat ketelatenan, cawan yang kosong tersebut bisa sedikit demi sedikit terisi oleh pengetahuan dan pengalaman. Pembelajaran individual menjadi sangat penting agar proses pembelajaran bisa tercapai optimal. Kiranya fokus pembelajaran bukan kelemahannya tapi bakat dan kelebihan yang dimiliki.

4. Terus menggali ilmu

Menjadi guru, tak hanya bagi anak-anak istimewa, karena guru itu selalu dituntut up to date. Mereka semestinya memperbarui kemampuan mengajarnya serta pengalaman lain dalam bidang tugasnya. Apalah jadinya jika guru sama sekali tidak merespon kritik dan keluhan dari orang lain. Lebih-lebih ketika mereka sudah berpuas dari dengan ilmu yang saat ini dimiliki, tentu menjadi sebuah catatan buruk. 

Apalagi bagi guru bagi anak-anak istimewa ini, maka sudah menjadi kewajiban, mereka lebih memperdalam lagi keterampilannya dalam mengajar, metodologi pembimbingan siswa, dan tentu saja keterampilan life skill. Karena keterampilan ini yang menjadi penentu guru bisa membawa siswanya menuju kesuksesan. Pengetahuan umum mesti dioptimalkan, terlebih keterampilan, karena ini adalah keterampilan dasar bagi kehidupan mereka. Maka tidak ada alasan lain bagi guru di dalamnya mempelajari aneka keterampilan demi membina anak-anak didiknya.

5. Banyak doanya

Selain harus disiplin dalam bertugas, para guru semestinya memperbanyak doa, khususnya bagi para muridnya. Karena senjata ampuh keberhasilan siswa adalah keridhoaan sang guru. Semakin guru banyak mendoakan siswanya, mudah-mudahan Tuhan memberikan pencerahan dan bimbingan, serta jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi dalam pendidikannya.

Itulah jurus-jurus yang harus dimiliki oleh guru bagi anak-anak istimewa, karena tanpa itu semua, pekerjaannya akan terasa berat untuk dijalani. Dan tentu saja, kesulitan demi kesulitan sulit menemukan solusinya.

Salam

Metro, Lampung, 3/3/2016

NB. Tulisan ini bukan untuk menggurui atau pencitraan, sekedar membagi pengalaman saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun