Seketika itu kami sudah tidak berhubungan lagi dengan keluarga pak P, dan saya memutuskan untuk tidak bekerja lagi di sana demi menjaga harga diri kami. Tapi, entah siapa yang membocorkan kejadian itu, istri pak P justru marah-marah kepada keluarganya dan memohonkan maaf atas sikap yang kurang baik terhadap kami.
Sekali lagi kami ikhlas karena kami orang miskin. Namun demikian, sampai saat ini kami tetap menjalin silaturrahmi dengan Pak P lantaran kami merasa berterima kasih sudah dianggap keluarga sendiri. Sedangkan saudaranya yang menghina kami menyadari apa yang dilakukannya adalah kesalahan.
Satu lagi, tatkala saya dan istri sama-sama masih berkuliah, saya dan istri seringkali dihina dan direndahkan dengan kata-kata pernuh ejekan "alah Li .. li mbok yo ora usah kuliah. kuliah iku intuke opo, paling ora dadi pegawe gor ngentek-ngentekne duwet wae. (Alah Li (memanggilku) untuk apa kuliah,kuliah dapatnya apa, paling nggak dadi pegawai dan ngabis-ngabisin uang saja).
Di kesempatan lain pun dilontarkan kata-kata merendahkan dengan angkuhnya "jaman saiki arep dadi pegawe ki nggo duwet, dukun lan dekeng."(Jaman sekarang mau jadi pegawai harus siap uang, dukun dan orang dalam).Â
Saya hanya terdiam dan menerima hinaan itu dengan ikhlas. Dan alhamdulillah ternyata saat ini orang-orang yang menghina itu kini malu dengan sendirinya. Mereka tidak menyangka kami diberikan nikmat oleh Allah mendapatkan pekerjaan yang banyak diimpikan banyak orang.
Bahkan kami pun tidak menyangka, anak petani miskin ini kog bisa menjadi pegawai negeri. Padahal kala itu untuk menjadi seorang pegawai negeri membutuhkan biaya sedikitnya 100 juta saja. Sedangkan kami, apa yang akan kami gadaikan demi mendapatkan SK itu?
Ada pula hinaan yang saya sendiri alami, seorang pengusaha yang sungguh tega melontarkan cacian dan hinaan tatkala saya menjadi salah satu karyawannya.Â
Dengan merendahkan beliau mem-PHK saya tanpa alasan yang jelas. Tak hanya memberhentikan saya, karena beliau pun menghina keluarga saya lantaran kami adalah keluarga kurang mampu.Â
Dan mu'jizat pun datang, ia yang dahulu menghina, kini jatuh miskin dan usahanya bangkrut lantaran terlilit hutang. Keluarga morat-marit dan keinginan untuk naik haji pun pupus sudah lantaran tak memiliki biaya. Tanah berhekta-hektar sudah disita bank, sedangkan rumah satu-satunya pun sudah tergadaikan.Â
Saya hanya bergumam, betapa Allah itu Maha Kuasa, Dia mudah sekali membalikkan keadaan kehidupan seseorang bila Dia ingin melakukannya. Bahkan isyarat itu dijelaskan dalam Al Qur'an dalam surat Yaasiin "Innama amruhu idza arooda syai'an an yaquulu lahu kun fayakun. Jika Allah menghendaki sesuatu terjadi, maka ia akan mengatakan "kun" jadi, maka jadilah ia.
Berbekal keyakinan itu, maka kami pun tak berani merendahkan orang lain yang kehidupannya tak seberuntung kami, kami menyadari bahwa kehidupan ini tidaklah kekal. Ketika berada di bawah tak seharusnya merendahkan diri sendiri, dan ketika di atas tak sepatutnya merendahkan orang lain. Meskipun kami belum sejahtera lantaran kehidupan yang sederhana, tapi bagi kami kekayaan itu letaknya di dalam hati dan mensyukuri apa yang Tuhan beri.