Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mbak Ifani Menurut Saya

25 September 2015   14:14 Diperbarui: 25 September 2015   23:35 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Mbak Ifani Kompasianer (kompasiana.com)"][/caption]

Mbak ifani... saya pertama kali mengenal Emak-emak satu ini langsung kepincut. Kepincut karena penampilannya yang beken. Dandanan yang aduhai dan tentu saja aktivitas sehari-hari yang terbilang kelas elit. Bagaimana tidak, setiap menulis di Kompasiana, selalu nama Ifani yang muncul sebagai Headline, Hightlight atau yang saat ini ngetren adalah artikel yang banyak dibaca. Maka tak heran kadang saya sering mencari-cari info (ala wong ronda) siapa sebenarnya mbak Ifani itu?

Dan bertahun-tahun pula saya berusaha mengenal beliau, entah di artikelnya atau yang nongol di facebook ternyata memang selera emak-emak satu ini memang tinggi. Perjalanan panjang meraih sukses dengan bisnis (bisnis apaan?) dan travelingnya bersama keluarganya membuat saya ngiri, kog bisa orang seperti mbak ifani ini sukses meniti karir. Maka tak jarang saya mengomentari update an beliau dengan ucapan "sukses ya mbak..." karena saya ikut bahagia jika melihat teman maya di Kompasiana merasakan kesuksesan. Ada energi positif yang saya terima. Energi yang hampir sama jika saya mendapatkan teman yang selalu apdet kesusahan, jadi timbullah energi negatif yang selalu mengiringi kehidupan saya.

Saya melihat, mbak Ifani memang perempuan sukses. Teman-temannya di Kompasiana tak terhitung lagi jumlahnya. Ada ribuan orang yang sangat setia membaca, memberikan rating dan mengomentari tulisan beliau. Jadi kadang saya sering latah menyebut mbak Ifani ini sebagai selebritis di Kompasiana. Hampir sama pandangan saya juga terhadap mbak Ellen Maringka dan Pakde Kartono kala itu. Sebelum Mbak Ellen raib dari Kompasiana sedangkan Pakde Kartono juga ketahuan isi dalemannya. Isi dalemannya tak seindah foto yang dipamerkan kepada publik.

[caption caption="Mbak Ifani yang doyan makan-makan direstoran terlihat penampilannya perlente (kompasiana.com)"]

[/caption]

Mbak Ifani menulis artikel yang kritis terhadap prilaku pejabat negara, seperti anggota dewan yang melakukan plesiran ke luar negeri seperti Setya Novanto dan Fadli Zon, serta anggota dewan lain yang juga menjadi salah satu subyek artikel yang ditulis mbak Ifani. Saya sempat menduga, apakah Mbak Ifani ini seorang politisi yang kebetulan memiliki pertentangan (kalau boleh dibilang dendam) dengan para wakil rakyat itu? Atau memang waktu itu mbak Ifani tengah memposisikan dirinya sebagai kritikus yang ingin menyayat setiap informasi yang diterima dengan tambahan analisis ala emak-emak?

Dan apabila saya ingin mengomentari, tentu saya khawatir justru komentar saya akan menjadi bumerang bagi saya sendiri. Toh saya tidak seberapa ambil pusing dengan orang-orang penting di negeri ini. Tapi mbak Ifani begitu berani dan seakan-akan tidak ada yang ditakuti di jagat ini. Entah dengan Tuhan apakah beliau merasa takut? Lantaran tulisan yang typonya sangat menyerang.

Selain keberaniannya dalam mengkritisi para pejabat di negeri ini, Mbak Ifani selalu bisa melihat momentum yang tepat agar tulisannya bisa nangkring sebagai tulisan yang hangat, bahkan bisa dibilang panas lantaran semua yang ditulis baru saja dilihat dan didengar dari media. Tak hanya terkait isu-isu politik, karena temuan-temuan beliau selama perjalanan plesiran dengan fasilitas mewah itu selalu saja muncul dalam tulisannya. Dalam hati saya, enerjik benar emak-emak yang satu ini. Kenapa ia selalu bisa membuat suasana kompasiana menjadi meriah.

Tapi, ada yang saya sampai sekarang tak habis pikir, kenapa setiap update status kopdaran dan ngobrol-ngobrol dengan sesama kompasianer selalu saja menyimpan orang lain (pihak ketiga) yang sejatinya muncul dalam foto-foto narsis beliau. Pakde Kartono yang selalu saya anggap beken tak juga muncul bersama ketika asyik makan-makan di restoran. Apa ini? Apakah benar mbak Ifani sengaja menyembunyikan siapa orang yang diajak kopdaran itu?

Apakah mbak Ifani berusaha menyimpan rahasia besar, bahwa orang yang diajak ngobrol itu hakekatnya adalah narapidana korupsi kelas kakap? Jika YA tentu mbak Ifani sudah melukai sahabat-sahabatnya yang kontra korupsi. Beliau selalu saja ingin men-tenarkan diri dengan pamer foto-foto bersama rekan-rekan kompasianer lain tapi menyembunyikan wujud Pakde Kartono yang sebenarnya. Saya tidak boleh menduga-duga, lantaran boleh jadi orang lain yang diajak kopdaran tak hanya Pakde Kartono saja melainkan ada penulis lain.

Sampai sejauh ini, keberadaan Mbak Ifani yang kebetulan bareng Mbak VIta Sinaga di foto tersebut, sepertinya turut diperiksa lantaran aksi kopdaran beliau di sebuah restoran. Meskipun teman kompasianernya adalah sosok yang tengah dibenci rakyat di negeri ini karena kasus korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun