Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lampung Timur Kekeringan, Masyarakat Ngangsu Mencari Air Bersih

6 September 2015   21:59 Diperbarui: 7 September 2015   06:41 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sang ayah bersiap-siap nyari air"][/caption]

Pagi tadi, saya sengaja berkunjung ke rumah keluarga di Lampung Timur, kebetulan kangen ingn berkumpul dan bercengkrama bersama keluarga besar. Selain sekedar berbagi rasa rindu, kami sengaja mengunjungi rumah Mbah (kakek) yang kebetulan tengah sakit. Satu sisi kami berbahagia karena bisa berkumpul, tapi disisi lain rasa sedih menyelimuti lantaran salah satu anggota keluarga ada yang mengalami musibah. Meskipun Mbah adalah adik dari Mbah dari Ibu, tapi kami sekeluarga besar tetap memanggilnya seperti mbah sendiri.

Semenjak berangkat dari Metro saya tidak berfikir bahwa nanti di tempat tujuan akan kesulitan air, lantaran dimana saya berdomisili saat ini sumur masih mengeluarkan air, meskipun ada beberapa rumah yang sudah kehilangan sumber air rumah tangga itu tapi di sumur sendiri air masih tersedia melimpah. Syukur alhamdulillah kami belum sempat "ngangsu" lantaran memang air masih tersedia. Saya pikir di Lampung Timur, khususnya di Desa Sukadana Ilir Kec. Sukadana ini kondisi air sumur juga sama, nyatanya setelah sampai di tempat tujuan saya sempat kebingungan lantaran sumur-sumur sudah pada kering kerontang.

Tadinya saya enjoy saja karena tiba saatnya mandi, ee ketika kutanya terkait persediaan air, ternyata air sudah tidak ada lagi. Waduh repot nih, harus ngangsu ke tempat lain di salah satu rumah tetangga. Ternyata ketika saya mau menuju lokasi pengambilan air tersebut, saat ini kondisi air juga mulai habis dan air bercampur lumpur. Alhamdulillah kondisi air di sumur masjid masih melimpah, jadi saya bisa menikmati mandi dengan air yang bersih dan menyegarkan.

Fenomena kekeringan di Lampung memang hampir sama, yaitu kurang lebih dua bulan sudah tidak ada lagi pasokan air di sumur masyarakat. Meskipun ada dapat dihitung jari. Apalagi di daerah perdesaan dengan lahan pertaniannnya perkebunan singkong, tanah-tanah sudah kering dan rumput tak luput dari kekeringan pula. Bahkan sebagian besar pepohonan coklat dan mangga sudah ada yang meranggas. Beruntung masih hidup meskipun sudah sedikit layu. Seandainya sebulan lagi tidak turun hujan, maka dampaknya amat mengkhawatirkan. Tanaman-tanaman tersebut bisa mengering dan mati. Sedih sekali tanaman yang sudah dirawat bertahun-tahun jika mati sia-sia.

Dan kurang lebih sejak bulan Juli sudah tidak turun hujan. Debu-debu bertebaran di sepanjang jalan, dan rumput-rumput sudah banyak yang mengering. Kasihan sekali masyarakat di sini, mereka harus "mengangsu" dengan derigen demi mendapatkan air untuk mandi, mencuci dan memasak. Lebih kasihan lagi para peternak konvensional yang mengandalkan pakan ternaknya dari rumput di perladangan, tentu saat ini amat kerepotan.

Keluhan akibat kekeringan di Kota Metro boleh jadi tidak separah yang terjadi di Lampung Timur, pasalnya karena di Kota Metro sebagian besar pertaniannya adalah irigasi, jadi ketika air ledeng masih mengalir meskipun debitnya sedikit, maka sumur petani masih bisa menyimpan air. Nah, kalau di Lampung Timur di mana keluarga saya tinggal, sudah sulit mencari air bersih. Jika ketemu sumur yang masih menyimpan air, kondisinya sudah mulai bercampur lumpur. Boleh jadi sebulan lagi juga sumur-sumur tersebut akan benar-benar mengering. "Mudah-mudahan mas sebulan lagi turun hujan". Kata salah satu warga desa yang saya temui tatkala saya hendak menuju sumur masjid setempat.

[caption caption="Tanaman mulai mengering, sebulan lagi tidak ada hujan mungkin akan mati (doc. pribadi)"]

[/caption]

Masyarakat kekurangan air, Pemda setempat berdiam diri

Melihat keluhan masyarakat ini pun saya menanyakan apakah pemerintah daerah sudah memberikan bantuan air bersih selama masa kekeringan ini? "Belum mas", kata salah satu penduduk. Jadi meskipun berbulan-bulan tidak ada air, pemerintah tidak merespon keluhan masyarakatnya. Sungguh aneh bin ajaib. Di saat masyarakat tengah membutuhkan uluran tangan wakil rakyat dan pemerintah daerah, ternyata mereka juga belum mendapatkan bantuan. Minimal bantuan mobil pengangkut air, atau sumur bor, ternyata sejauh ini belum ada perhatian.

Sebagaimana di jelaskan di muka, bahwa fenomena musim kemarau dan sumur yang mengering hakekatnya sudah sering terjadi di wilayah ini, masyarakat mengeluh dan menunggu perhatian Pemda setempat, tapi faktanya bertahun-tahun mengalami kekeringan dan ketiadaan air bersih sampai sekarang tidak juga mendapatkan solusi. Padahal dana pemerintah yang digelontorkan untuk daerah tidak sedikit, semestinya bisa mengangkat persoalan air tersebut.

Kenapa pemerintah daerah terkesan menutup mata? Apakah mereka benar-benar tidak mendengar keluhan warganya? Atau mereka memang sama sekali tidak melihat kondisi masyarakat yang terpontang panting mencari air bersih?

Boleh jadi masa kemarau ini akan sama dengan tahun-tahun sebelumnya, ketika itu saya mengalami kekeringan panjang hingga saya dan masyarakat setempat harus mencari air ke "mbelik" sumur di sekitar rawa-rawa. Dan pada saat itu saya mencuci baju dan mengambil air untuk mandi di sungai yang notabene sudah tercemar limbah dari masyarakat lain yang juga menggunakan sungai sebagai sarana sanitasi. Maka munculnya beragam penyakit seperti gatal-gatal tidak dapat dihindari.

Wajar saja, karena ketika di bawah tengah mandi, ternyata di atas beberapa warga lain membuang kotoran dan mencuci pakaian. Jadi amat wajar pula jika penyakit mudah menyerang penduduk yang menggunakan sungai.

Oleh karena itu, masyarakat berharap dalam waktu dekat ini Pemda Lampung Timur memperhatikan nasib warganya yang saat ini kesulitan air dengan menyiapkan truk-truk tangki pengangkut air. Meskipun tidak menyelesaikan semua persoalan kekurangan air ini, paling tidak untuk sementara waktu masyarakat akan terbantu dengan perhatian pemerintah tersebut.

Selain itu, mereka mengharapkan agar pemerintah juga tidak hanya memikirkan anggaran kebutuhan dinas semata dengan melupakan masyarakat, karena bagaimanapun juga masyarakat akan kecewa jika pemerintah kurang memberikan perhatian minimal terkait kekeringan ini. Salam

Metro Lampung, 6-9-2015

 

*Ngangsu: Masyarakat mengambil air di sumur lain dengan derigen 20 literan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun