Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Miras Oplosan, Ketika Remaja Salah Mencari Jati Diri?

6 September 2015   08:10 Diperbarui: 13 April 2018   01:14 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar: radarcirebon.com)

Minuman keras alias Miras akhir-akhir ini cukup menyita perhatian. Di mana muncul miras dengan varian baru jenis oplosan. Miras jenis ini ternyata banyak diproduksi dan dikonsumsi generasi muda. Dampaknya puluhan bahkan ratusan nyawa melayang sia-sia. Lalu, apa peran negara dan masyarakat dalam menanggulangi jatuhnya korban akibat "RACUN" yang tersimpan dalam miras itu lantaran dengan mudahnya dikonsumsi generasi muda? 

Seiring merebaknya peredaran minuman keras di kalangan remaja, ternyata semakin memperpanjang mata rantai kematian akibat meminum racikan yang bisa membuat mabuk penikmatnya ini. Tak pelak, selain para peminumnya yang teler alias mabuk, ternyata secara sadar ingin merusak diri mereka sendiri. Tak hanya merusak diri sendiri, karena akhir-akhir ini penggunaan minuman memabukkan itu berujung pada jatuhnya korban jiwa.

Di tahun 2015 ini saja sudah tercatat puluhan orang meninggal dunia lantaran menenggak miras tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan. Minuman keras dalam Islam memang diharamkan lantaran berdampak buruk bagi peminumnya. Apalagi jika miras-miras tersebut sengaja dioplos dengan berbagai obat dan racikan yang notabene bisa membawa efekkematian.

Seperti baru-baru ini diberitakan oleh Kompas, tercatat 4 orang meninggal dunia sedangkan 5 orang kritis setelah dengan sengaja meminum minuman keras (MIRAS)  yang dicampur barang berbahaya. Sayang sekali para pelaku sudah merusak kesucian bulan Ramadhan lantaran pada saat itu terjadi saat menjelang takbiran. Disaat yang lain menggemakan takbir ternyata yang lainnya justru berpesta pora dengan barang haram ini. Bahkan aktivitas yang berbahaya ini dilakukan di setiap akhir bulan puasa. Sebuah fakta yang mencengangkan kenapa aktifitas ini tidak juga bisa dihentikan.

Melihat begitu banyaknya korban yang berjatuhan, yang boleh jadi jika dikalkulasi bisa mencapai ratusan orang yang rerata adalah anak-anak muda (belia) lantaran pergaulan mereka yang bebas. Tentu menjadi persoalan serius lantaran pemerintah sampai sejauh ini sudah melakukan upaya pencegahan peredaran miras di kalangan remaja. Program razia pun dilakukan untuk mengerem aktifitas ini. Tapi faktanya tetap saja korban berjatuhan tanpa bisa dihentikan.

Terlepas dari gencarnya aksi aparat keamanan dalam memerangi peredaran miras, ternyata ada faktor tertentu yang membuat anak-anak muda ini kenapa terpikat dan gandrung dengan miras oplosan. Padahal mereka mengetahui bahwa mengkonsumsi miras oplosan berdampak kehilangan nyawa.

Sebagaimana keterangan seorang mantan peminum miras, sebut saja (AD) yang tinggal di Sumbersari Bantul. Di sela-sela kegiatan saya, ia menjelaskan bahwa minuman keras itu bisa membunuh lantaran dicampur Fastak, salah satu obat serangga. Insektisida yang dikhususkan bagi hama tanaman ini ternyata sengaja dicampur dengan minuman keras. Miras yang belum dioplos Fastak saja sudah memabukkan dan  bisa berakibat fatal. Apalagi dicampur dengan obat serangga tersebut. Bayangkan dampak yang terjadi pada penggunanya. Hewan saja mati apalagi manusia, bukan?

Belum puas mereka mencampur adukkan miras dengan racun serangga itu, karena mereka juga mencampur dengan Baigon, kadangkala dicampur juga dengan spritus dan berbagai macam cairan yang sejatinya tidak diperuntukkan untuk manusia. Cairan yang biasanya diberikan tanda tengkorak ini kog ternyata dikonsumsi manusia. Masih beruntung yang bisa selamat lantaran mendapatkan pertolongan dokter. Nah, jika pertolongan tidak segera didapatkan maka sudah dapat dipastikan nyawa melayang sia-sia.

Sungguh dalam hati saya mendengar penjelasan itu jadi terperangah, terkaget-kaget dan tidak percaya kog bisa minuman seperti itu dikonsumsi.

Menurut ceritanya lagi mereka hakekatnya sudah mengetahui dampak yang ditimbulkan jika meminum minuman keras oplosan berupa kematian, tapi karena faktor kesetiakawanan dan gagah-gagahan yang mendorong seseorang ingin mencoba. 

Ada faktor lain mendorong seseorang minum-minuman keras karena ingin mendapat sensasi yang lebih teler jika dibandingkan miras murni.

Rerata remaja ingin menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok yang bebas berbuat apa saja. Jadi karena prinsip ini kebanyakan dari remaja ini ingin menunjukkan kepada keluarga dan lingkungan bahwa mereka layak hidup bebas tanpa diatur-atur. Sayang sekali keinginan bebas ini bukan ditujukan pada hal yang positif, tapi justru ke arah yang negatif. Mengkonsumsi miras menjadi salah satu alternatif. Adapula di antara mereka yang mengkonsumsi narkoba. Sungguh pengalihan aktifitas yang cenderung berbahaya bagi diri sendiri.

Selain karena ingin menunjukkan predikat bebas itu, mereka acapkali karena terpengaruh dari ajakan kawan yang menjanjikan akan mendapatkan sensasi lebih jika meminum miras dengan dicampur obat serangga itu. Tak ayal, daripada dibilang kampungan dan kehilangan teman, maka mereka langsung mencobanya tanpa memikirkan dampaknya.

Tak hanya karena faktor kebebasan tanpa batas itu yang mendorong generasi muda mengkonsumsi miras oplosan, yaitu karena mereka ingin dibilang hebat. Seperti penjelasan si AD kemudian. Beruntung yang bersangkutan sudah pensiun dari peminum miras.

Kenapa kog ingin dibilang hebat? Ternyata ketika mereka bisa bertahan dalam teler luar biasa dan bisa bangun kembali dengan sehat maka sudah dianggap jagoan, lelaki sejati atau laki-laki hebat. Padahal dengan cara-cara ini justru membahayakan diri sendiri.

Tahukan Anda, Laki-laki hebat bukan dengan merusak diri sendiri

Ada beragam cara yang bisa ditempuh agar lelaki bisa dibilang hebat dan jagoan. Tak perlu mahal dan tak harus susah payah seperti membesarkan bentuk tubuh agar dibilang atletis. Atau mengkonsumsi miras biar dianggap jagoan. Lantaran sebuah kehebatan itu tidak hanya diukur dari tubuh yang kekar dan tenaga yang kuat dan mampu menahan diri dari rasa mabuk belaka. Akan tetapi ke bentuk yang lebih positif dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Apalagi dengan mengkonsumsi miras yang memang sudah dilarang oleh negara. Ditambah lagi dampak yang ditimbulkan tentu cenderung negatif. Dalam Islam sudah jelas larangan miras ini, karena dampaknya negatifnya lebih banyak dariapda dampak positifnya. 

Dampak negatifnya ya tentu minimal kerusakan organ dan syaraf peminumnya. Bahkan yang lebih ekstrim lagi berujung hilangnya nyawa satu-satunya yang amat berharga. Alangkah baiknya ikut dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi sesama, ikut kegiatan kesenian daerah, turut serta dalam kegiatan Karya Ilmiah Remaja (KIR) dan kegiatan lain yang bermanfaat.

Boleh juga menjadi salah satu penulis di Kompasiana. Tak hanya kawan yang ditemukan, karena kita belajar mengasah kemampuan menulis dan mendapatkan manfaat dari beragam karya tulis mereka.

Kalau sudah begini, Langkah apakah yang mesti dilakukan pemerintah dalam mencegah penyebaran miras oplosan

Langkah preventif sudah banyak dilakukan pemerintah seperti penyuluhan akan bahaya miras. Dampak terhadap fisik dan mental seseorang serta akibat yang ditimbulkan jika meminum miras oplosan. Tapi langkah preventif saja ternyata tidak cukup. Perlu tindakan yang lebih keras lagi terhadap pengguna dan produsennya.

Selama ini para produsen miras oplosan hanya dikenai hukuman denda dan penjara, karena undang-undang tentang peredadan miras oplosan masih merujuk pada miras murni yang notabene pemerintah mempunyai regulasi yang jelas. Sedangkan miras oplosan belum memiliki standar hukum yang jelas. Oleh karena itu, hukuman yang berat bagi peminum miras oplosan dan produsennya tentu bisa membuat efek jera. 

Para peminum pun sejatinya harus mendapatkan hukuman, lantaran selama ini mereka juga membawa pengaruh buruk terhadap lingkungan dan turut menjadi pemicu awal konsumsi miras di kalangan pelajar.

Generasi muda adalah aset bangsa, hendaknya jangan dibiarkan mati sia-sia lantaran pengawasan dan penanganan penyebaran miras oplosan kurang maksimal. Melibatkan peran masyarakat dan tokoh agama dalam menanggulangi miras oplosan ini tetap harus dilakukan sebelum generasi muda lain menjadi korban.

Selain itu kondisi rumah tangga yang bermasalah hakekatnya juga memicu penyalahgunaan miras dan obat-obatan terlarang. Sehingga tidak akan berhasil program penanggulangan miras oplosan jika keluarga tidak responsif terhadap pelanggaran anggota keluarga mereka. Ditambah lagi jika masyarakat setempat kurang memberikan perhatian. Salam

 

Metro Lampung, 6-9-2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun