Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kesalahpahaman tentang Susu

5 September 2015   06:38 Diperbarui: 5 September 2015   09:03 1677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dari itu, semenjak usia kandungan semestinya juga mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna tadi. Tak hanya paham tapi juga mengonsumsinya untuk kebutuhan harian.

Fakta di lapangan dan menurut iklan, justru masyarakat dibawa pada situasi tak jelas, seperti kasus di atas, produk susu diibaratkan produk "paling" penting dari makanan lainnya. Alhasil sampai sekarang banyak masyarakat yang enggan mengkonsumsi 4 produk tersebut lantaran menganggap dengan meminum segelas susu sudah dianggap cukup. Padahal hakekatnya susu hanyalah produk tambahan dan bukan terpenting. 

Jika pemahaman tentang susu telah salah, maka bukan tidak mungkin ada banyak ibu yang kecewa lantaran bayi yang dikandungnya terlahir kurang sempurna. 

Semestinya mengonsumsi 4 sehat yang mencakup nasi, lauk, sayur, buah atau bahan penggantinya yang memiliki kandungan gizi yang sama lebih sempurna sebelum menggunakan susu produk pokoknya.

 

Kedua, Iklan susu seringkali tidak menjelaskan bahaya kadar gula dan produk pengawet dalam produknya

Susu olahan hakekatnya merupakan produk yang biasanya berasa manis dan cenderung diberikan pengawet. Tapi faktanya produsen tidak menjelaskan dampak penggunaan gula dan pengawet dalam produk olahannya. Mereka hanya menjelaskan kandungan kalori dan kebutuhan kalori harian serta nilai gizi di dalamnya. Meskipun tulisan di dalam wadah tidak diperhitungkan jika cara mengkonsumsinya salah. Misalnya susu dimasukkan ke dalam air yang mendidih apakah kandungan gizinya berkurang atau tidak. Belum lagi susu yang sudah diproduksi massal hakekatnya tidak lebih baik dari susu "asli" yang diperah peternak susu lantaran sudah melalui proses produksi dan penyimpanan yang panjang.

Hal-hal inilah yang seringkali kurang mendapatkan perhatian dari produsen susu ketika berhadapan pada dampak dan akibat serta manfaat dari produk yang dihasilkan. Iklan cenderung menyajikan yang baik-baik saja sedangkan dampak negatifnya kurang diperhatikan.

 

Ketiga, Susu bukan hanya milik anak-anak atau orang tua saja

Iklan seringkali menyajikan informasi tentang produk susu yang kebanyakan ditujukan pada anak-anak dan orang lanjut usia. Padahal semestinya penggunaan susu adalah bagi semua kalangan. Tak hanya anak-anak atau orang tua saja tapi semua usia membutuhkan susu sebagai "tambahan" setelah mengkonsumsi makanan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun